Secercah Asa dari Pertamina di Balik Lika-liku UMKM Terdampak Covid dan Seroja

Sefnat P. Besie
Yuni Frida Djen Penu, warga asal Jalan M. Praja, RT 022/Rw.007 kelurahan Alak, Kecamatan Alak Kota Kupang saat sedang mengolah Abon ikan Tuna. Foto: iNewsTTU.id/Sefnat

Ungkapan syukur tak terhingga terucap dari mulutnya kala itu dengan penuh haru, kali ini, ia menemukan secercah asa dari Pertamina.

"Sekarang saya bersyukur karena melalui program CSR Pertamina, kita bisa mendapat alat dan bahan untuk membuat beberapa jenis olahan ikan, bukan saja abon tapi ada beberapa jenis lainnya,"ungkap Yuni.

Pasca dibantu Pertamina, Wajah lesu berubah sumringah, Yuni kembali bersemangat, lantaran modal usaha dan peralatan pendukung sudah memadai, ia mengajak 5 orang rekannya untuk mendukungnya dalam usaha abon ikan Tuna.

Supaya produknya lebih dikenal karena bermutu serta halal, ia mengurus dan memperpanjang izin usaha dengan nama Kelompok Usaha Bersama, (KUB) Ikan Terbang dengan alamat di Kelurahan Alak, Kota Kupang.

 

Pertamina Bawa Energi Baru untuk UMKM Ikan Terbang
 


Senyum Yuni Frida Djen Penu, pengusaha Abon ikan saat menunjukan hasol olahannya. Foto: iNewsTTU.id/Sefnat

 

Kini perasaan Yuni mulai tenang, tak berkecamuk seperti badai seroja kala itu, bantuan alat pendukung dari Pertamina sudah memudahkan usahanya. Bahkan, hasil olahannya sudah dibuat dalam bentuk kemasan beragam ukuran, seperti kemasan 100 gram dan juga 200 gram.

"Hasil olahan abòn ikan tuna sekarang kami buat dalam bentuk kemasan ukuran 100 gr seharga 30k dan kemasan 200 gr seharga 60k,"imbuhnya. 

Guna memuluskan usahanya,  ia menerapkan sistem pamasaran abon ikan tuna dengan tiga metode. Alhasil, metode itu membuatnya kebanjiran orderan.

"Saat ini saya memasarkan abon ikan tuna dengan cara online, offline maupun menerima pesanan dari luar NTT, Khusus online melalui media sosial WhatsApp dan Facebook, ada yang pesan dari Sumatera Utara dan juga Kalimantan Selatan,"terangnya. 

Yuni membandingkan, sebelum adanya bantuan dari Pertamina FT Tenau, ia hanya bisa membeli bahan baku Ikan Tuna maksimal 20 kilogram dari pabrik dengan harga Rp1.200.000.

Ia merincikan, bahan baku ikan tuna sebanyak 20 kilogram itu diolah menjadi abon dan dijual kembali dalam kemasan ukuran 200gr dengan harga Rp60.000, (enam puluh ribu rupiah).

 


Kemasan abon ikan tuna yang diolah Mba Yuni siap jual hingga luar NTT melalui sistem online. Foto: istimewa

 

Artinya, 1 kilogram Ikan tuna yang dibeli dengan harga Rp60.000, ia olah menjadi abon dan dimasukan dalam 5 kemasan masing-masing 200 gr dengan patokan harga perkemasan Rp60 ribu sehingga jika 5 kemasan dikali Rp60 ribu maka total harga 1 kg Abon terjual dengan harga Rp300.000, (tiga ratus ribu rupiah)

Sehingga, bila 20 kg abon laku terjual, maka ia mendapatkan uang sebanyak Rp6 juta rupiah dikurangi modal Rp1.200.000 maka keuntungan bersih hanya Rp4.800.000, (empat juta delapan ratus ribu rupiah) perbulannya.

Sedangkan, pasca mendapat bantuan modal usaha dan peralatan dari Pertamina, saat ini ia sudah mampu membeli bahan baku ikan tuna mencapai 50 kilogram perbulan dengan harga Rp3 juta rupiah.

Editor : Sefnat Besie

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network