KEFAMENANU, iNewsTTU.id - Di sebuah desa kecil di pedalaman Timor, hidup seorang pria sederhana bernama Roman Nopala. Ia bukan siapa-siapa pada awalnya. Hanya seorang petani sayur dan pekerja kebun yang menjalani hidup seadanya. Namun siapa sangka, dari ladang kecil dan semangat yang besar, Roman kini menjadi sosok penting dalam gerakan Eko Enzim di Nusa Tenggara Timur (NTT), dan bahkan meraih penghargaan nasional atas pengabdiannya.
Tahun 2002 menjadi tahun yang mengubah arah hidup Roman. Ketika ia mengikuti pelatihan sederhana di Dapur Eko Enzim NTT, sesuatu dalam dirinya tergerak.
Lopo Eko Enzim NTT terletak di Jalan Suka Maju, Kelurahan Kefamenanu Selatan, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU yang hingga kini menjadi tempat distribusi, pelatihan, dan edukasi bagi petani dari berbagai daerah.
Dari lopo beratap daun lontar sederhana itu, Roman mulai melihat bahwa limbah dapur bukanlah sampah, melainkan sumber kehidupan baru. Sejak saat itu ia mulai belajar cara membuat Eko Enzim, sebuah larutan organik multifungsi yang bisa memperbaiki tanah, menyehatkan tanaman, bahkan menjaga lingkungan.
Roman kemudian tertarik untuk bergabung dalam Komunitas Eko Enzim NTT yang dipimpin oleh Chairel Malelak, S.P., M.Si. Bersama komunitas ini, ia memperdalam ilmu, belajar berbagi, dan mulai aktif turun ke lapangan. Tak hanya di kampungnya sendiri, tapi ke berbagai kelompok tani di TTU, TTS, Malaka, Belu, Flores bahkan menembuas negara tetangga, Timor Leste.
Ia rela berjalan jauh sembari membawa jeriken Eko Enzim, untuk dibagikan secara gratis ke petani. Bukan karena ia tak butuh uang, tapi karena ia tahu: petani kecil butuh uluran tangan, bukan beban baru.
"Saya dulu petani juga, saya tahu rasanya. Kalau bukan kita yang bantu satu sama lain, siapa lagi?" kata Roman Nopala saat diwawancarai di sela-sela kegiatan pengambilan NPK cair Eko enzim kepada petani Biboki Anleu, Rabu (9/7/2025).
Roman Nopala saat menyalurkan NPK cair Eko Enzim kepada petani. Foto : Istimewa
Dari Limbah, Tumbuh Harapan
Dengan penuh dedikasi, Roman mulai belajar mengembangkan berbagai jenis pupuk dan produk turunan Eko Enzim, seperti, NPK cair Eko Enzim, Urea Organik, Serum Merah, POC Cirit Sapi, Limbah Tahu, Biowash, Kompos Media Tanam, dan lainnya. Semua berasal dari limbah organik murah, ramah lingkungan dan terbukti menyuburkan tanah pertanian di NTT.
Dua tahun lalu, Roman mendampingi Ketua Komunitas Eko Enzim NTT, Chairel Malelak yang difasilitasi Dinas Pertanian Distrik Ambeno (Oekusi, Timor Leste) untuk memberi pelatihan pembuatan Eko Enzim. Kini, mereka tengah bersiap untuk memberikan pelatihan lanjutan di Dili, didukung oleh Plan Internasional Timor Leste.
Penghargaan Bagi Ketulusan Roman dari Letjen TNI (Purn) Sumarsono
Tahun 2025, pengabdian Roman akhirnya mendapat pengakuan nasional. Ia menerima penghargaan khusus dari Penasihat Eko Enzim Indonesia Bersatu, Letjen TNI (Purn) Sumarsono, S.H atas kontribusinya dalam mengubah limbah menjadi berkah, dan menjadikan Eko Enzim sebagai gerakan nyata untuk membantu petani, menyelamatkan tanah, dan menjaga lingkungan hidup.
"Terima kasih atas kepercayaan sebagai bagian dari tim. Penghargaan ini bukan untuk saya pribadi, tapi untuk semua petani yang percaya dan mau mencoba,” ujar Roman penuh haru.
Roman Nopala saat menunjukkan Piagam penghargaan. Foto: istimewa
Teladan Sederhana dari Timur Indonesia
Roman Nopala bukan ilmuwan, bukan pejabat, bukan juga pengusaha besar. Tapi dari kesederhanaannya, lahir dedikasi yang luar biasa. Ia adalah cermin keteladanan bahwa perubahan tidak butuh pangkat atau modal besar, cukup niat tulus dan keberanian untuk berbuat baik.
Roman telah membuktikan: dari seorang petani biasa, ia bisa menjadi pelopor perubahan. Dari sebotol Eko Enzim, ia menumbuhkan harapan bagi NTT, bahkan hingga seberang batas negara.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait