Kendati program ini bagus dan masuk akal, tim adhock masih memberi fokus perhatian untuk dieksekusi di Kabupaten Kupang dan Malaka sebagai pilot project.
Alfridus berharap, kerjasama bagi 8 kelompok ini berjalan optimal sehingga dapat diviruskan untuk dikembangkan juga di kabupaten lain termasuk di Sikka dan Manggarai.
Ia pun membeberkan soal pentingnya para peternak membuat kandang secara koloni sehingga muda untuk memberi makan dan juga mudah untuk pengontrolan selain ada semangat gotong-royong dan saling memotivasi antar peternak dalam menjalankan pekerjaan itu secara bersama-sama.
Alfridus juga menyebut, semua sapi yang dipelihara peternak di asuransikan di Jasindo.
Demikian pula dengan dana pinjaman dari Kopdit Obor Mas juga diasuransikan karena semua kelompok tani adalah anggota Kopdit Obor Mas.
“Misalnya setelah dia dapat KUR berbunga murah 0,5 persen dari Kopdit Obor Mas, kalau ada apa-apa dengan peternaknya maka ahli warisnya tidak dibebani biaya angsuran lagi. Nah ini betul-betul pola kemtiraan yang saling mengutungkan,"ungkap Alfridus.
Pihaknya juga bekerjasama dengan offtaker atau pembelinya yakni PT Flobamora yang siap membeli sapi itu hidup dengan berat bersih perkilo saat jual minimal 300kg per ekor.
Gubernur NTT Viktor Laiskodat lanjut dia, bahkan menyarankan untuk kerjasama dengan PT Flobamora (tripartid) sehingga PT Flobamora selaku offtaker tapi juga pihak adhock bisa membuka jejaring pembeli dengan pihak lain mananala produknya ready dipasarkan dan harganya cocok.
Adapun taksasi keuntungan untuk masyarakat cukup bagus, karena dari anakan sapi yang dibeli dengan berat per ekor 100- 120 kilogram, dipelihara atau paronisasi selama 6 bulan dengan perkiraan berat badan 300 kilogram baru bisa dijual.
"Hitungan harga pasarnya masih dapat dan petani masih bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan untuk satu periode usaha," ungkap Alfridus.
Sementara Ketua Pengurus Kopdit Obor Mas Markus Menando mengatakan, pihaknya menyambut baik terobosan kerjasama kemitraan luar biasa yang digagas tim Adhock Peternakan provinsi NTT yang tentu juga searah dengan program pemerintah Provinsi NTT di bidang peternakan yang lagi tren dengan sebutan tanam jagung panen sapi.
“Pak Frits dengan teman-teman sudah jauh hari membangun komunikasi dengan kita untuk aspek pembiayaan dan Kopdit Obor Mas selaku koperasi penyalur KUR tentu sangat siap untuk skema kerjasama strategis dan saling menguntungkan ini,” ujar Menando.
Baginya sebagai lembaga pembiayaan, Obor Mas terus melalukan langkah teknis sesuai regulasi terutama menerima semua peternak untuk mendaftar menjadi anggota Obor Mas.
Pihak Obor Mas juga sudah yang dipimpin Valerinus Samador, Pius Dakal, Andreas Mbete dan Manager Area Timor Martonsius Juang, sudah melakukan uji petik atau survey ke kelompok-kelompok yang dibentuk tim Adhock untuk memastikan aspek kelambagaan, bahan baku dan kesiapan infrastruktur kandang di Malaka dan Kabupaten Kupang.
Terpisah, General Manager Kopdit Obor Mas Leonard Ferdiyanto mengatakan manajemen siap berkolaborasi dengan tim Adhock setelah sekian lama melakukan kajian dari sisi analisis kredit dan besaran biaya yang dibutuhkan.
Adapun pos pembiayaan yang siap disalurkan yakni dari pos Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kopdit Obor Mas berbunga murah yakni hanya 0,5 persen per anggota perbulan.
Soal pengembalian pinjaman atau angsuran bisa dengan pola grassperiode.
“Langkah ini makin menyata karena semua anggota kelompok sudah disurvei tempat usahanya oleh pihak Obor Mas dan secara resmi juga telah mendaftarkan diri menjadi anggota di Kopdit Obor Mas. Setelah tandatangan PKS nanti kita siap realiasi pinjaman," ungkapnya.
Dana yang dikucurkan untuk program ini yakni Rp 4 miliar lebih.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait