Dari Kain Tenun hingga Layanan Keuangan Digital, UMKM Perempuan NTT Makin Berdaya
 
              
             
             Tenun Ikat TDM: Tradisi yang Menghidupi, Berkat Akses Permodalan
Salah satu penerima manfaat, Febronia Ulan (51) atau Mama Roni, merupakan pengrajin tenun ikat dari komunitas Tuak Daun Merah (TDM) Kupang. Sejak bergabung dengan Amartha pada 2023, ia memperoleh modal bertahap mulai Rp5 juta hingga Rp7 juta untuk membeli bahan baku seperti benang dan pewarna.
 
                                                        “Modal dari Amartha membuat saya bisa terus menenun, jual kain, dan tetap melestarikan budaya,” ujar Mama Roni.
Dalam sebulan, Mama Roni mampu menghasilkan hingga enam lembar kain tenun dengan harga mulai Rp100 ribu hingga Rp2,5 juta. Pemasaran dilakukan melalui media sosial, dan pembeli datang dari berbagai daerah seperti Kupang, Soe, hingga Jakarta. Kini motif tenunnya bahkan banyak dipesan untuk pembuatan jaket dan jas.

Selain menenun, Mama Roni juga berjualan sayuran untuk mendukung ekonomi keluarga. Ia berharap dukungan terhadap para penenun dapat terus berlanjut agar budaya lokal tetap terjaga untuk generasi berikutnya.
Editor : Sefnat Besie
 
                          
                                      
                                      
                                      
                                      
                                      
                                      
                      
                                  
                                  
                                  
                                  
                                  
                                 