Adapun para mahasiswa dan mahasiswi yang melakukan social immersion selama dua bulan di Rumah Harapan GMIT perutusan dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Jakarta adalah Sarah Mariaty Manurung dan Ruth Sopiana Sianturi. Sementara perutusan dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogjakarta adalah Intyas Ika Putri Susanti, Ivan Alpha Setiawan dan Laura Cristina Manullang.
Film edukatif dengan durasi 10 menit khusus tersebut membahas tentang kekerasan seksual terhadap anak, dimana pelakunya adalah tokoh agama. Tujuan pembuatan film ini adalah: Meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dengan traumatis yang dialami anak akibat pelecehan seksual yang dilakukan oleh tokoh agama, membangun perhatian tokoh agama terhadap dampak yang dialami korban khususnya anak sebagai korban kekerasan seksual dan mendorong masyarakat untuk menjadi lebih waspada dan berani melapor untuk mendukung korban mendapatkan keadilan.
Proses pembuatan film ini mendapat respons antusias dari Kepala Dinas P3AP2KB Provinsi NTT, Ruth Diana Laiskodat, dimana ia bersedia menyampaikan gagasan, himbauan dan ajakan kepada semua pihak akan pentingnya upaya preventif kekerasan terhadap anak.
“Sebelum kasus yang menjadikan anak sebagai korban semakin banyak, sangat baik apabila semua pihak satukan tekad dengan tegas melakukan gerakan moral bersama untuk memutus mata rantai kekerasan di NTT," jelas Ruth Laiskodat.
Mantan Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT ini juga mengatakan bahwa amarah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan tak terkendali maka bisa mengganggu struktur otak anak itu sendiri. Hentikan caci maki dan bentakan pada anak anak kita. Hal itu bisa merusak otak.
“Stop memarahi anak, tetapi Peluklah anak-anak kita dengan penuh kasih sayang. Karena sesuai hasil penelitian bahwa Pelukan orang tua selama 20 detik perhari baik untuk tumbuh kembang anak, Didiklah anak-anak kita menjadi generasi yang sehat, kreatif, berkarakter, memiliki daya juang yang tinggi dan mandiri. Jadilah sahabat anak”, tegas Ruth Laiskodat.
Editor : Sefnat Besie