Ia menyebut, di sekitar kampus UGM sudah ada percetakan seperti Prima dan Sanur yang melayani kebutuhan tersebut.
"Yang bersangkutan harusnya tahu, karena juga kuliah di UGM," tegasnya.
Sigit juga menjelaskan bahwa isi skripsi Joko Widodo tetap diketik menggunakan mesin ketik manual, sebagaimana lazim pada masa itu.
"Isi skripsi Pak Jokowi 91 halaman, semuanya diketik manual," tambahnya.
Terkait nomor seri ijazah yang disebut aneh, Sigit menegaskan bahwa pada masa itu Fakultas Kehutanan UGM memiliki sistem penomoran sendiri berdasarkan nomor induk mahasiswa, disertai singkatan 'FKT' untuk identitas fakultas.
Senada, Ketua Senat Fakultas Kehutanan UGM, San Afri Awang, juga membantah keras tuduhan tersebut. Ia mengingatkan bahwa pada era 1980-an sudah tersedia jasa cetak sampul dengan komputer, bahkan layanan pengetikan menggunakan komputer IBM PC di sekitar kampus.
"Jadi soal font atau percetakan, tidak aneh sama sekali," katanya.
San Afri menilai tuduhan terhadap keaslian dokumen Jokowi mengada-ada dan hanya bertujuan mencari sensasi.
"Dia (Jokowi) lulus dari UGM. Buktinya ada," tegasnya.
Sementara itu, Frono Jiwo, rekan seangkatan Jokowi di Fakultas Kehutanan, juga membenarkan keaslian ijazah dan skripsi tersebut. Frono menyebut dirinya dan Jokowi masuk kuliah tahun 1980 dan wisuda bareng tahun 1985.
"Ijazah kami sama semua, hanya beda di nomor kelulusan," ujarnya.
Frono juga mengenang sosok Jokowi sebagai pribadi pendiam namun humoris, serta hobi mendaki gunung. Ia mengungkapkan, seluruh mahasiswa saat itu menulis skripsi menggunakan mesin ketik, sementara sampul dan lembar pengesahan banyak dicetak di percetakan.
Tak hanya itu, Frono mengungkapkan bahwa dirinya bersama Jokowi pernah bekerja di PT. Kertas Kraft Aceh (Persero) pasca-kelulusan, sebelum akhirnya Jokowi mengundurkan diri karena alasan keluarga.
Editor : Sefnat Besie
