KUPANG, iNewsTTU.id - Kontribusi terbesar kecerdasan dan tubuh yang sehat berasal dari makanan yang dikonsumsi. Karena itu, bercocok tanam yang benar dengan konsep ramah lingkungan adalah metode pertanian yang harus dilakukan oleh para petani.
Pangan sehat dengan asupan gizi seimbang dan memadai menentukan kualitas sumber daya manusia Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal itu disampaikan oleh anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema saat membuka kegiatan Bimbingan Teknis (bimtek) “Pertanian Ramah Lingkungan Mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan” di Kabupaten Kupang, Sabtu (6/5/2023).
"Petani di NTT harus tahu bagaimana menghasilkan pangan yang sehat. Bertani harus dengan pengetahuan yang benar. Pangan yang sehat adalah kunci untuk perangi stunting dan gizi buruk," ujarnya.
Pangan Sehat Atasi Stunting
Menurut Ansy Lema, pangan yang sehat memiliki banyak manfaat. Salah satu fungsi terpenting dari tanaman pangan, sayur-sayuran dan buah-buahan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi dan higienis adalah gizi yang tercukupi. Gizi yang baik menjadikan manusia NTT sehat.
“NTT adalah provinsi dengan angka stunting tertinggi di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tentang prevalensi stunting tahun 2022. Hasilnya, NTT menduduki posisi pertama dengan angka 35,5 persen. Kondisi ini adalah realitas yang sangat miris-memprihatinkan,” papar politisi PDI Perjuangan itu.
Langkah awal untuk mengatasi penyakit gagal tumbuh akibat kurangnya gizi adalah pangan yang sehat dan higienis. Ibu hamil ataupun anak-anak harus mengkonsumsi pangan yang bermutu dan bergizi. Ibu hamil yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat.
"Oleh sebab itu, ujung tombaknya adalah petani. Petani harus tahu bagaimana menanam dan mengelola pangan yang sehat. Untuk itu, saya menggelar bimtek di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang agar para petani bisa memahami pertanian yang sehat dan ramah lingkungan," pungkasnya.
Mendukung Ketahanan dan Kedaulatan Pangan
Katanya, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan. Sementara, kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
"Kita tidak hanya berhenti pada ketahanan pangan. Kita harus menuju pada kedaulatan pangan. Perlu ditekankan bahwa pangannya harus disesuaikan dengan kondisi alam setempat dan kearifan lokal," ungkapnya.
"Tidak bisa terus melakukan politik penyeragaman pangan dalam bentuk rice oriented seperti di Jawa. Diversifikasi pangan harus didorong agar menghasilkan aneka pangan lokal," lanjutnya.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait