Kisah Biarawan Karo dan Pasutri Lansia Nyaris Terabaikan di Dusun Banopo Timor Tengah Utara

Sefnat Besie
Kisah Biarawan Karo dan Pasutri Lansia Nyaris Terabaikan di Dusun Banopo Timor Tengah Utara, lansia saat foto bersama Frater Herman ginting di Dusun Banopo TTU, Foto: iNewsTTU.id/Sefnat

KEFAMENANU, iNewsTTU.id--Bunyi Palu terdengar dari atas atap sebuah gubuk sederhana di Dusun Banopo, Desa Tublopo, Timor Tengah Utara, NTT.

Seorang pria paruh baya terlihat sedang memasang seng pada atap gubuk itu, sementara warga lainnya sibuk memasang dinding yang terbuat dari pelepah gewang untuk membalut sebuah gubuk berukuran 3, 5x6 meter.

Tak jauh dari Gubuk itu, sepasang lansia duduk berdampingan dalam sebuah lopo reot sembari menatap ke arah sebuah gubuk sederhana yang sementara dibangun itu.

Raut wajah sedih campur gembira terpancar dari bolamata mereka yang berkaca-kaca, sedih campur gembira, di usia yang semakin senja.

Bangunan gubuk sederhana ini, memang sengaja dibuat oleh umat  Stasi Banopo dibantu seorang Biarawan Asal Karo Sumatera Utara untuk ditempati oleh pasutri Lansia Kakek Henderikus Naibnao (85) tahun dan nenek Sila Paineon, (83) tahun.

Di usia yang tak muda lagi, Kakek Henderikus Naibnao dan nenek Sila Paineon tak sanggup lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.


Kakek Henderikus Naibnao (85) tahun dan nenek Sila Paineon, (83) tahun. Foto: iNewsTTU.id/Sefnat
 

Untuk kebutuhan makan dan minum kakek Hendrikus dan istrinya butuh uluran tangan dari sesama, apalagi bermimpi untuk tidur di gubuk yang layak huni.

Kondisi Pasutri lansia ini membuat Frater Herman Ginting merasa terpanggil untuk membantu membangun rumah sederhana untuk bisa dihuni.

Berbekal Bahan bangunan lokal seperti kayu bulat dan pelepah gewang yang dikumpulkan oleh umat Stasi Banopo kemudian dipadukan menjadi sebuah kamar berukuran 3,5x6 meter dengan atap seng.

"Musim kemarau saja rumah mereka tidak layak, apalagi musim hujan, saya pikir pasti mereka berdua di dalam kedinginan, saya pernah lewat dari kebun saya liat ba'i ini dia panggil saya mampir di gubuk mereka, memang sangat memprihatinkan jadi saya sangat tersentuh sekali saat itu,"kisah Frater Herman Ginting, OFMConventual.

Bagi Frater Herman, sebagai seorang beriman, biarawan fransiskan conventual, salah satu semangat yang harus tetap dijaga adalah mencintai orang-orang miskin, orang-orang sederhana, Sebab, di dalam diri orang orang sederhana, disitu ada gambar Yesus

"karena di dalam orang-orang miskin dan sederhana kita temukan rupa Yesus. kita membantu semampu kita, paling tidak sedikit sembako agar mereka tetap bertahan hidup dan bisa menikmati kebahagiaan dihari tua mereka,"ungkap Mantan Rektor Stipas di Sumatera Utara ini.

 


Rumah pasutri lansia yang dibangun oleh Umat Stasi Banopo bersama Rohaniawan Katolik, Frater Herman Ginting Asal Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Foto: iNewsTTU.id/Sefnat
 

Bukan saja membangun rumah sederhana untuk, kakek dan nenek lansia ini, setiap bulannya, beberapa lansia di Dusun Banopo juga mendapat jatah beras, kopi dan gula sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama.

Kisah hidup serta kondisi kakek Hendrikus dan nenek Sila di Dusun Banopo tidak semujur lansia lainnya.

Meskipun di tengah kondisi ekonomi yang serba butuh uluran tangan, mereka berdua tetap bersyukur, bukan saja kepada uluran tangan dari sesama yang berkelebihan, namun kepada yang mahakuasa yang masih memberi kesempatan hidup di Bumi.***

Editor : Sefnat Besie

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network