Tahan Jatah MBG untuk Siswa, Guru di SDN Lulu Diberi Peringatan Keras

Sefnat P Besie
Oknum Guru SDN Lulu tahan jatah MBG untuk siswa, orangtua protes hingga Kadis Pendidikan turun tangan. Foto: Istimewa


KEFAMENANU, iNewsTTU.id – Seorang guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lulu, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), memicu keresahan orang tua siswa. Guru tersebut diduga menahan jatah Makanan Bergizi (MBG) anak didiknya selama dua hari, dengan alasan siswa belum menyelesaikan tugas.

Akibatnya, siswa tersebut harus pulang ke rumah dalam keadaan kelaparan.

Yuliana, salah satu orangtua yang anaknya kelaparan saat pulang sampai rumah akhirnya mendatangi sekolah tersebut, ia mempertanyakan alasan guru menahan MBG, hingga anaknya kelaparan, pasalnya setiap pagi ia hanya memberi uang jajan Rp2000 dengan harapan sudah dapat jatah MBG.

Peristiwa ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Yayasan Pengelola MBG dan Dinas Pendidikan setempat.

Yayasan Sebut Aksi Guru "Nakal" dan Tak Mendidik

Merespon kejadian ini, Direktur Yayasan pengelola MBG, Yayasan Amnaut Bife Kuan (Yabiku), Maria Filiana Tahu dan Kasad SPPG Resta Ndaumanu, mendatangi sekolah tersebut.

Dalam keterangannya, yayasan mengecam tindakan guru yang dinilai "nakal" dan tidak kreatif.

"Tidak ada alasan anak tidak diberi jatah makan hanya karena anak tidak mengerjakan tugas sekolah," ujar Maria Filiana.

Ia menambahkan bahwa guru yang cerdas seharusnya memberikan hukuman yang mendidik, bukan menahan makanan yang merupakan hak anak.

"Guru yang tidak kreatif, tidak memiliki manajemen konflik, tidak harus dibiarkan ada di tengah anak-anak. Begitu juga guru yang tidak kreatif mendesain cara membina anak tanpa kekerasan," tegasnya.


Dinas Pendidikan Beri Peringatan Keras

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTU, Beato Yosep Omenu, membenarkan insiden tersebut. Ia mengaku mendapat laporan langsung dari Ketua Yayasan dan segera menginvestigasi ke sekolah.

"Ternyata guru bersangkutan mengakui, memang dengan ketidaktahuannya beliau, dia memberikan punishment (hukuman) kepada murid yang belum bisa membaca dan berhitung. Tapi karena ketidaktahuan itulah dia punishment-nya itu menahan porsi makanan bergizi anak," jelas Beato.

Menanggapi hal tersebut, Beato langsung memberikan peringatan keras.

"Saya minta dengan tegas itu tidak boleh terjadi lagi. Pertama dan terakhir kali," tegasnya.

Ia mengingatkan guru agar mencari cara lain yang lebih kreatif untuk memberikan hukuman yang mendidik, seperti meminta murid menulis angka atau huruf.

Menurutnya, program MBG adalah hak anak yang disediakan pemerintah untuk memastikan mereka sehat dan cerdas.

"Pemerintah sudah menyediakan makanan bergizi untuk mereka. Biarkanlah mereka makan. Bagaimana kreativitas daripada guru itu memberikan punishment kepada murid tanpa harus ada kekerasan dan lain sebagainya. Apalagi berkaitan dengan makan bergizi, ini kan haknya mereka," pungkasnya.

Guru yang bersangkutan telah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Pihak Dinas Pendidikan berharap teguran ini menjadi pelajaran bagi semua guru agar tidak lagi terjadi perlakuan serupa di lingkungan sekolah.

 

Editor : Sefnat Besie

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network