Suka-duka dalam berusaha tak bisa dihindari lagi, jatuh bangun dalam usaha bagaikan roda yang berputar, kadang di atas, kadang juga harus di bawah.
Sesekali Yuni terlihat murung, saat mengisahkan perjalanan panjang 7 Tahun meniti usaha itu sejak tahun 2013-2019, meski sudah berjuang habis-habisan ia mengakui usahanya kala itu tak menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Laju usahanya tertatih-tatih, lambat laun mulai bangkrut, kondisi itu diperparah lagi dengan terjangan gelombang COVID-19 pada awal tahun 2020 hingga tahun 2022 ditambah lagi dengan badai seroja kala itu.
Tak mau larut dalam resesi ekonomi dunia hingga ekonomi rumah tangga, Yuni rela beralih profesi menjadi pekerja di salon kecantikan. Baginya tak semudah membalikan telapak tangan, namun itulah takdir yang harus dijalani.
"Saat pandemi, usaha saya bangkrut, semua lock down, jadi saya alih profesi kerja di salon kecantikan, hanya satu-satunya pekejaan yang bisa dilakukan saat lock down,"kisah Yuni kepada iNewsTTU.id, akhir September, sembari menyeka air mata yang membasahi pipi.
Tak ada pilihan lain, Yuni pun bertahan hidup bersama keluarga kecilnya dengan penghasilan dari salon kecantikan selama tiga tahun mulai tahun 2020-2022.
Walaupun dirasakan tak mencukupi, namun Yuni tetap bekerja agar asap dapurnya bisa mengepul.
Seiring berjalannya waktu, salon kecantikan tempat ia bekerja akhirnya mendapat saingan, para pelanggan pun perlahan beralih ke salon lain dan tak berkunjung lagi pada salon kecantikan itu. Pasang surut ekonomi rumah tangga kembali dirasakannya.
Lika-liku usaha Mba Yuni belum berakhir disini, tak ingin terus terpuruk dalam kondisi itu, Yuni bertekat ingin merintis kembali UMKM yang dulu sempat ditinggalkan karena hantaman gelombang COVID-19 dan badai seroja.
Berbekal peralatan seadanya dan juga bantuan rumah produksi dari Perikanan Pusat melalui Dinas Perikanan Kota Kupang, Yuni meniti usahanya kembali dengan penuh percaya diri.
"Saat mulai bangkit pasca COVID, modal awal hanya bisa membuat Abon 10 Kilogram perbulan atau 2,5 Kilogram perminggu, dengan modal setara dengan Rp600.000," ungkapnya.
Dia bilang dengan modal 10 kg, ia hanya bisa mendapat penghasilan sebulan Rp2,4 juta dikurangi modal Rp600.000 sehingga keuntungnnya hanya Rp1, 8 juta perbulan.
Pertamina FT Tenau Kupang saat serahkan bantuan melalui program Corporate Social Responsibility kepada Ibu Yuni Frida Djen Penu, pengusaha Abon Ikan Tuna. Foto: Istimewa.
Namun, dengan modal yang kecil, tak membuatnya patah semangat, di dalam bangunan permanen bantuan Dinas Perikanan, Yuni bertahan dan terus berharap suatu saat nanti ada perubahan dalam usahanya.
Secercah Asa dari Pertamina untuk UMKM Ibu Yuni
Bagai pucuk dicinta ulam tiba, tak berselang lama, Yuni pun menerima kabar akan mendapatkan dukungan bantuan modal dan peralatan usaha pada Tahun 2023 dari Pertamina Fuel Terminal Tenau Kupang melalui program Corporate Social Responsibility.
Program CSR di tubuh Pertamina itu merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya.
Yuni termasuk perempuan yang beruntung, belum lama ini, beberapa pria berseragam batik dan seorang perempuan berjilbab dari Pertamina nampak meyambangi tempat usahanya di Kelurahan Alak.
Kepada Yuni, pihak Pertamina menyerahkan sejumlah peralatan pengolahan abon ikan dan modal usaha.
"Tahun ini, Pertamina memberikan bantuan berupa alat dan bahan untuk melengkapi alat yang masih kurang lengkap dan pihak Pertamina juga selalu melakukan pendampingan dan juga monitoring usaha kami,"tandasnya.
Editor : Sefnat Besie