KUPANG, iNewsTTU.id--Laju sepeda motor keluaran tahun 2000 yang dikemudikan seorang perempuan paruh baya terlihat berusaha menerobos hilir mudik kendaraan di kota Kupang Nusa Tenggara Timur pagi itu.
Arus kendaraan pagi itu cukup ramai, tak seperti biasanya sepi, nampak perempuan berusia 38 tahun itu memacu kendaraan roda duanya yang sudah termakan usia dengan tersendat-sendat di antara laju kendaraan elit.
Dia adalah Yuni Frida Djen Penu, warga asal Jalan M. Praja, RT 022/RW.007 kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, NTT.
Yuni, perempuan murah senyum itu mengawali aktifitas setiap harinya mengambil ikan tuna menggunakan sepeda motor tua miliknya di pabrik perikanan di Alak sebagai bahan baku pembuatan Abon ikan.
Saat ditemui disela-sela kesibukannya, Yuni mengisahkan, pekerjaan ini sudah ia tekuni sejak Tahun 2013 silam. Ia terinspirasi saat tergabung dalam kelompok bentukan program International Fund For Agricultural Development atau IFAD.
Program tersebut saat itu merupakan program dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui IFAD yang berkolaborasi dengan Dinas Perikanan Kota Kupang pada tahun 2013 silam.
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh saat bergabung dalam program yang didanai IFAD, Yuni kemudian mulai mengembangkan usaha khusus pembuatan Abon.
Ia meyakini, usaha pembuatan Abon dari ikan tuna bisa menopang ekonomi keluarganya saat itu.
Hari demi hari ia lalui dengan penuh senyuman. Awalnya usaha abon ikan berjalan lancar tanpa kendala apa-apa, namun makin hari makin menurun penghasilannya.
Hingga tujuh Tahun pun berlalu, ancaman ketidakstabilan dalam ekonomi keluarganya sudah nampak di depan mata.
Suka-duka dalam berusaha tak bisa dihindari lagi, jatuh bangun dalam usaha bagaikan roda yang berputar, kadang di atas, kadang juga harus di bawah.
Sesekali Yuni terlihat murung, saat mengisahkan perjalanan panjang 7 Tahun meniti usaha itu sejak tahun 2013-2019, meski sudah berjuang habis-habisan ia mengakui usahanya kala itu tak menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Laju usahanya tertatih-tatih, lambat laun mulai bangkrut, kondisi itu diperparah lagi dengan terjangan gelombang COVID-19 pada awal tahun 2020 hingga tahun 2022 ditambah lagi dengan badai seroja kala itu.
Tak mau larut dalam resesi ekonomi dunia hingga ekonomi rumah tangga, Yuni rela beralih profesi menjadi pekerja di salon kecantikan. Baginya tak semudah membalikan telapak tangan, namun itulah takdir yang harus dijalani.
"Saat pandemi, usaha saya bangkrut, semua lock down, jadi saya alih profesi kerja di salon kecantikan, hanya satu-satunya pekejaan yang bisa dilakukan saat lock down,"kisah Yuni kepada iNewsTTU.id, akhir September, sembari menyeka air mata yang membasahi pipi.
Tak ada pilihan lain, Yuni pun bertahan hidup bersama keluarga kecilnya dengan penghasilan dari salon kecantikan selama tiga tahun mulai tahun 2020-2022.
Walaupun dirasakan tak mencukupi, namun Yuni tetap bekerja agar asap dapurnya bisa mengepul.
Seiring berjalannya waktu, salon kecantikan tempat ia bekerja akhirnya mendapat saingan, para pelanggan pun perlahan beralih ke salon lain dan tak berkunjung lagi pada salon kecantikan itu. Pasang surut ekonomi rumah tangga kembali dirasakannya.
Lika-liku usaha Mba Yuni belum berakhir disini, tak ingin terus terpuruk dalam kondisi itu, Yuni bertekat ingin merintis kembali UMKM yang dulu sempat ditinggalkan karena hantaman gelombang COVID-19 dan badai seroja.
Berbekal peralatan seadanya dan juga bantuan rumah produksi dari Perikanan Pusat melalui Dinas Perikanan Kota Kupang, Yuni meniti usahanya kembali dengan penuh percaya diri.
"Saat mulai bangkit pasca COVID, modal awal hanya bisa membuat Abon 10 Kilogram perbulan atau 2,5 Kilogram perminggu, dengan modal setara dengan Rp600.000," ungkapnya.
Dia bilang dengan modal 10 kg, ia hanya bisa mendapat penghasilan sebulan Rp2,4 juta dikurangi modal Rp600.000 sehingga keuntungnnya hanya Rp1, 8 juta perbulan.
Pertamina FT Tenau Kupang saat serahkan bantuan melalui program Corporate Social Responsibility kepada Ibu Yuni Frida Djen Penu, pengusaha Abon Ikan Tuna. Foto: Istimewa.
Namun, dengan modal yang kecil, tak membuatnya patah semangat, di dalam bangunan permanen bantuan Dinas Perikanan, Yuni bertahan dan terus berharap suatu saat nanti ada perubahan dalam usahanya.
Secercah Asa dari Pertamina untuk UMKM Ibu Yuni
Bagai pucuk dicinta ulam tiba, tak berselang lama, Yuni pun menerima kabar akan mendapatkan dukungan bantuan modal dan peralatan usaha pada Tahun 2023 dari Pertamina Fuel Terminal Tenau Kupang melalui program Corporate Social Responsibility.
Program CSR di tubuh Pertamina itu merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya.
Yuni termasuk perempuan yang beruntung, belum lama ini, beberapa pria berseragam batik dan seorang perempuan berjilbab dari Pertamina nampak meyambangi tempat usahanya di Kelurahan Alak.
Kepada Yuni, pihak Pertamina menyerahkan sejumlah peralatan pengolahan abon ikan dan modal usaha.
"Tahun ini, Pertamina memberikan bantuan berupa alat dan bahan untuk melengkapi alat yang masih kurang lengkap dan pihak Pertamina juga selalu melakukan pendampingan dan juga monitoring usaha kami,"tandasnya.
Ungkapan syukur tak terhingga terucap dari mulutnya kala itu dengan penuh haru, kali ini, ia menemukan secercah asa dari Pertamina.
"Sekarang saya bersyukur karena melalui program CSR Pertamina, kita bisa mendapat alat dan bahan untuk membuat beberapa jenis olahan ikan, bukan saja abon tapi ada beberapa jenis lainnya,"ungkap Yuni.
Pasca dibantu Pertamina, Wajah lesu berubah sumringah, Yuni kembali bersemangat, lantaran modal usaha dan peralatan pendukung sudah memadai, ia mengajak 5 orang rekannya untuk mendukungnya dalam usaha abon ikan Tuna.
Supaya produknya lebih dikenal karena bermutu serta halal, ia mengurus dan memperpanjang izin usaha dengan nama Kelompok Usaha Bersama, (KUB) Ikan Terbang dengan alamat di Kelurahan Alak, Kota Kupang.
Pertamina Bawa Energi Baru untuk UMKM Ikan Terbang
Senyum Yuni Frida Djen Penu, pengusaha Abon ikan saat menunjukan hasol olahannya. Foto: iNewsTTU.id/Sefnat
Kini perasaan Yuni mulai tenang, tak berkecamuk seperti badai seroja kala itu, bantuan alat pendukung dari Pertamina sudah memudahkan usahanya. Bahkan, hasil olahannya sudah dibuat dalam bentuk kemasan beragam ukuran, seperti kemasan 100 gram dan juga 200 gram.
"Hasil olahan abòn ikan tuna sekarang kami buat dalam bentuk kemasan ukuran 100 gr seharga 30k dan kemasan 200 gr seharga 60k,"imbuhnya.
Guna memuluskan usahanya, ia menerapkan sistem pamasaran abon ikan tuna dengan tiga metode. Alhasil, metode itu membuatnya kebanjiran orderan.
"Saat ini saya memasarkan abon ikan tuna dengan cara online, offline maupun menerima pesanan dari luar NTT, Khusus online melalui media sosial WhatsApp dan Facebook, ada yang pesan dari Sumatera Utara dan juga Kalimantan Selatan,"terangnya.
Yuni membandingkan, sebelum adanya bantuan dari Pertamina FT Tenau, ia hanya bisa membeli bahan baku Ikan Tuna maksimal 20 kilogram dari pabrik dengan harga Rp1.200.000.
Ia merincikan, bahan baku ikan tuna sebanyak 20 kilogram itu diolah menjadi abon dan dijual kembali dalam kemasan ukuran 200gr dengan harga Rp60.000, (enam puluh ribu rupiah).
Kemasan abon ikan tuna yang diolah Mba Yuni siap jual hingga luar NTT melalui sistem online. Foto: istimewa
Artinya, 1 kilogram Ikan tuna yang dibeli dengan harga Rp60.000, ia olah menjadi abon dan dimasukan dalam 5 kemasan masing-masing 200 gr dengan patokan harga perkemasan Rp60 ribu sehingga jika 5 kemasan dikali Rp60 ribu maka total harga 1 kg Abon terjual dengan harga Rp300.000, (tiga ratus ribu rupiah)
Sehingga, bila 20 kg abon laku terjual, maka ia mendapatkan uang sebanyak Rp6 juta rupiah dikurangi modal Rp1.200.000 maka keuntungan bersih hanya Rp4.800.000, (empat juta delapan ratus ribu rupiah) perbulannya.
Sedangkan, pasca mendapat bantuan modal usaha dan peralatan dari Pertamina, saat ini ia sudah mampu membeli bahan baku ikan tuna mencapai 50 kilogram perbulan dengan harga Rp3 juta rupiah.
"Dari 50 kg bahan baku ikan tuna, kita buat abon dan dijual kembali dalam kemasan 200gr/60.000 maka kita bisa mendapat hasil Rp15 juta rupiah dikurangi modal Rp3 juta rupiah sehingga keuntungan yang didapat mencapai Rp12 juta rupiah/bln,"ungkapnya.
Bagi Yuni, Pertamina adalah Juru selamat bagi usahanya, bahkan Pertamina membawa energi baru bagi dunia usahanya, sebab di tengah keterbatasan modal dan fasilitas pendukung, justru ada-ada saja bala bantuan yang datang tak terduga.
"Bagi saya, Pertamina membawa energi baru dalam dunia usaha kami, bahkan pertamina jadi Juru selamat dalam usaha kami, saat ini, saya dan rekan rekan sangat senang, bisa berkembang lagi pasca dihantam covid dan seroja,"ungkap ibu empat anak ini.
Yuni berencana membuka sayap usahanya ke lokasi lain agar keuntungan yang ia peroleh bisa berlipat ganda, bahkan bisa membuka lapangan kerja bagi sesama.
CSR Pertamina FT Tenau Sasar UMKM Mati Suri dan Transplantasi Terumbu Karang
Pertamina FT Tenau Kupang dalam bingkai penyerahan CSR pengembangan UMKM dan kegiatan Transplanasi Terumbu karang. Foto: istimewa.
Bentuk tanggung jawab sosial kepada Usaha Mikro Kecil Menengah yang mati suri digulung badai seroja maupun Covid dari perusahaan ternama sekelas Pertamina tak perlu diragukan lagi.
Melalui program Corporate Social Responsibility, (CSR) Tahun 2023 dari Pertamina FT Tenau Kupang menyalurkan tanggung jawab sosialnya pada dua sasaran penting sesuai hasil penelusuran Pertamina sebelumnya.
Sasaran Pertama adalah Kembang Gulak atau Kolaborasi Pengembangan Gabungan Usaha Mikro Kecil Menengah dan sasaran kedua adalah pelestarian terumbu karang.
Rois Amsari, SPv. HSSE pada Pertamina Fuel Terminal, (FT) Tenau menuturkan, Program Utama CSR tahun ini ditujukan untuk kembang gulak dan Lembu berseri.
Ia menceritakan, untuk sasaran kembang Gulak atau Kolaborasi pengembangan Gabungan Usaha Mikro Kecil Menengah berada di Kelurahan Alak. Salah satu UMKM yang juga terdampak seroja dan covid bahkan sempat berhenti aktifitas usahanya.
"Kita Sasar UMKM yang terhenti karena efek seroja dan COVID dengan tujuan memandirikan UMKM seperti Kelompok Usaha Bersama, (KUB) Ikan terbang ibu Yuni di Kelurahan Alak,"tandasnya.
Kata Rois, UMKM Ikan Terbang tercatat mendapat bantuan alat dan 1 unit mesin pare-pare stenlish penjemuran dendeng (L.880 cm, P.200 cm, T.125 cm), 1 unit mesin giling daging (meat grinder), 1 unit perajang kripik ikan, 1 unit vacum sealer, pengadaan bahan pembuatan abon, dendeng dan kripik ikan.
"Kita juga tidak lupa memberikan pelatihan dan pembinaan kelompok usaha bersama (KUB) ikan terbang,"tandasnya.
Rois Amsari menerangkan, selain itu, CSR FT Tenau juga menyasar pelestarian terumbu karang di wilayah teluk Kupang yang sempat rusak digulung badai seroja pada April 2021 silam.
“Pertamina juga memberikan bantuan untuk TWAL, 4 set alat selam, 35 rangka spider untuk media Transplantasi dan pelatihan dan pembinaa kelompok konservasi anana laut,”paparnya.
Rois mengungkapkan, sasaran dua dinamakan Lembu berseri atau Lestarikan terumbu karang untuk berdaya sejahtera dan mandiri. Pada sasaran ini yakni melakukan transplantasi terumbu karang dan mengembalikan kondisi terumbu karang yang rusak pasca seroja.
"tujuannya melestarikan keanekaragaman hayati dan mengembalikan ekosistem laut di area TWAL teluk Kupang pasca badai seroja,"pungkasnya.
Pertamina Ambil Peran dalam Gerakan Ekonomi Bangsa Berkelanjutan
Ahad Rahedi Area Manager Comm Rel & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, saat memberikan pemaparan dalam AJP di Banyuwangi, Kamis, 14/9/2023. Foto: iNewsTTU.id/Sefnat.
Sebelum itu, disela-sela acara bootcamp AJP di Banyuwangi, Area Manager Comm Rel & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rahedi berharap melalui program-program pembinaan UMKM dan semangat 'Energizing The Nation' Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi Bangsa.
Menurut dia, Pertamina sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia, memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
"Pertamina dapat terus berperan dalam menyediakan energi yang mendukung roda ekonomi Bangsa Indonesia,"ujarnya mengakhiri kegiatan bootcamp bersama Jurnalis se-Jatimbalinus, Kamis, 14/9/2023.***
Editor : Sefnat Besie