Resonansi dari Kampus dan Masyarakat
Akademisi dan Rektor Universitas Aryasatia Deo Muri (UNADRI), Dr. Patrisius Kami, menyebut program Quick Win sebagai bentuk nyata reformasi birokrasi yang menyentuh kebutuhan dasar rakyat.
“Ini bukan hanya soal percepatan layanan, tapi tentang kesadaran bahwa negara wajib hadir secara adil dalam membangun sumber daya manusia,” ungkapnya.
Ia mengingatkan bahwa keberhasilan program tidak boleh berakhir di periode kepemimpinan, tetapi harus dikawal sebagai warisan pembangunan yang berakar pada nilai keadilan sosial dan karakter keindonesiaan.
Salah satu peserta sukses, Remalya Eklesiawati Bajoanita Latupeirissa, lulusan SMAN 1 Kupang yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), menjadi saksi hidup keberhasilan program ini.
“Quick Win ini benar-benar membantu kami. Ada bimbingan UTBK, simulasi tes, hingga pendampingan mental. Kami merasa diperhatikan,” ujar Remalya.
Ia berharap program ini terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak wilayah 3T agar seluruh anak NTT punya kesempatan yang sama menatap masa depan.
Gubernur NTT dalam peluncuran program di SMAN 3 Kupang menyampaikan bahwa target ke depan adalah peningkatan partisipasi pendidikan tinggi berbasis penugasan negara setiap tahun. Ini menjadi bagian dari visi besar pembangunan manusia NTT yang unggul, setara, dan siap bersaing.
Dengan semangat kolaborasi dan kerja terukur, Program Quick Win bukan sekadar program birokrasi, tetapi gerakan nyata membangun masa depan. Dari Kupang hingga pelosok Alor, dari Lembata hingga Sumba, anak-anak NTT kini membawa mimpi besar mereka ke panggung nasional baik itu sebagai dokter, taruna, analis data, hingga prajurit bangsa.
Dan pada waktunya nanti, mereka akan kembali ke tanah kelahiran dan berseru bersama:
“Ayo Bangun NTT!”
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait