Sejarah Panjang Migrasi Tenaga Kerja NTT ke Malaysia
Suratmi juga menegaskan bahwa masyarakat tidak boleh hanya melihat NTT dari jumlah peti jenazah yang dipulangkan. Sejarah migrasi keturunan Flobamora ke Malaysia telah berlangsung sejak tahun 1934, sehingga banyak PMI lebih percaya pada keluarga mereka yang sudah lebih dulu merantau daripada pemerintah.
"Mereka lebih percaya pada keluarga yang sudah lebih dulu berangkat ke luar negeri ketimbang mengikuti prosedur resmi dari pemerintah. Ini membuat pemerintah kesulitan mengontrol arus migrasi tenaga kerja, meskipun di sisi lain Malaysia juga menawarkan berbagai tantangan," katanya.
Malaysia sendiri tetap menerima PMI NTT tanpa memandang kompetensi atau pendidikan formal. Mereka hanya melihat tenaga kerja yang kuat dan mau bekerja keras.
"Malaysia tidak melihat kompetensi atau ijazah. Karena keterbatasan dan kesempatan itulah banyak warga kita memilih berbondong-bondong ke Malaysia tanpa memikirkan keselamatan mereka. Jika tertangkap, mereka sudah siap menghadapinya. Sementara di sisi lain, kita juga harus mengakui bahwa tidak ada cukup lapangan kerja bagi mereka di daerah asal," ujarnya.
BP3MI NTT ingin meningkatkan kualitas pekerja migran agar lebih banyak yang bekerja di sektor formal, bukan hanya sebagai pekerja rumah tangga atau buruh perkebunan.
"Kami tidak bisa melarang orang bekerja sebagai pekerja rumah tangga atau buruh kebun karena itu bisa berdampak hukum. Tapi kami ingin mengurangi jumlahnya secara perlahan dengan meningkatkan keterampilan mereka agar bisa bekerja di sektor yang lebih baik," tegasnya.
Suratmi berharap ke depan, PMI asal NTT bisa mendapatkan peluang kerja yang lebih baik dan lebih terlindungi. "Kami ingin PMI NTT naik kelas dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak serta lebih aman," tutupnya.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait