Kekerasan terhadap anak meliputi berbagai bentuk, mulai dari kekerasan fisik, seperti pukulan, kekerasan verbal atau emosional, seperti hinaan, hingga perundungan (bullying) yang dapat menghancurkan rasa percaya diri dan kesejahteraan mental mereka. Kekerasan seksual, diskriminasi, dan intoleransi juga merupakan ancaman serius yang harus dicegah.
Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak untuk tumbuh tanpa rasa takut menjadi prioritas utama yang harus segera diambil.
Sekolah seharusnya menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar dan mengembangkan potensi mereka, namun kenyataannya, tidak semua sekolah sudah sepenuhnya aman dari kekerasan. Bukannya menyediakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan fisik, intelektual, dan emosional, beberapa sekolah justru menjadi tempat terjadinya berbagai bentuk kekerasan. Kekerasan tersebut bisa berupa fisik, seperti pemukulan atau pelecehan; kekerasan emosional, seperti ejekan atau hinaan yang dapat merusak rasa percaya diri siswa; hingga perundungan (bullying) yang dapat menyebabkan trauma yang bertahan lama.
Selain itu, diskriminasi, intoleransi, dan kekerasan berbasis gender memperburuk situasi, membuat siswa merasa tidak nyaman di tempat yang seharusnya mendukung pembelajaran dan kreativitas mereka. Kekerasan yang terjadi di sekolah tidak hanya merusak mental dan kesejahteraan siswa, tetapi juga menghambat proses belajar mereka. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan menghargai keberagaman menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Guru-guru SLB Asuhan Kasih; Amini, Maria Marcela Kono Dos Santos, Yuliana M. Kono, Ferayani M. Ngilu, Stefania E. Moke, Bonaventura K. Narek m, Glory Tilukai, Juga Japlina A. Lay selaku Analis Kebijakan Ahli Muda, Diana A. Lay selaku Pengadministrasi Persuratan dan Mira Missa Mahasiswa IAKN Kupang yang sementara magang pada Bidang PKA DP3AP2KB Provinsi NTT.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait