KUPANG,iNewsTTU.id-- Debat perdana Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) memanas saat para calon gubernur saling unjuk gigi membahas kedekatan masing-masing dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Calon gubernur nomor urut 1, Ansy Lema, tak ragu menonjolkan hubungan pribadinya dengan keluarga Presiden Prabowo Subianto sebagai nilai tambah.
Ansy mengungkapkan, ia punya hubungan dekat dengan Budi Djiwandono, keponakan Prabowo dan Wakil Ketua Komisi I DPR RI. Dalam jumpa pers usai debat, Ansy dengan percaya diri mengatakan, "Budi secara tegas menyebut kalau saya menang, Budi akan bawa saya ke Istana bertemu langsung dengan Pak Prabowo."
Pernyataan ini menarik perhatian dan menuai tanggapan keras dari Melki Laka Lena, calon gubernur nomor urut 2. Melki menilai kedekatan pribadi bukanlah jaminan keberhasilan membangun NTT. “Kalau cuma sekedar teman, tidak cukup. Kita butuh koalisi kuat untuk memastikan anggaran dari pemerintah pusat mengalir ke NTT,” kata Melki. Ia juga mengingatkan bahwa memilih pemimpin di luar koalisi Prabowo bisa berdampak pada terbatasnya bantuan pusat, yang akan merugikan masyarakat NTT.
Namun, drama kedekatan politik ini dianggap tidak relevan oleh calon gubernur nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi (SPK). Ia justru mengkritik perdebatan yang terlalu fokus pada hubungan dengan presiden, karena Pak Prabowo seorang negarawan sejati, presiden untuk seluruh rakyat Indonesia. "Menurut saya, terlalu banyak bicara soal kedekatan itu menunjukkan kita tidak siap membahas isu yang lebih penting," ujar SPK. Ia menekankan bahwa tugas seorang gubernur adalah bekerja untuk seluruh rakyat NTT, bukan untuk kepentingan koalisi politik tertentu.
SPK juga secara halus menyinggung pengalamannya dengan para menteri di kabinet Prabowo-Gibran, yang ternyata adalah juniornya di SMA Taruna Nusantara. Namun, ia memilih tidak membahas hal itu secara mendalam. “Saya tidak mau fokus pada itu. Yang terpenting adalah bagaimana kita menata reformasi birokrasi di NTT agar lebih baik,” tegasnya.
Menurut juru bicara SPK, Yusinta Syarief, hanya pasangan Simon-Andri (SIAGA) yang menyampaikan paparan sesuai tema debat, yaitu birokrasi yang lebih proaktif dan disiplin. "Paket SIAGA adalah satu-satunya yang konsisten membahas reformasi birokrasi sesuai tema malam ini," ungkapnya.
Dengan perdebatan yang semakin panas, para calon gubernur tampaknya berupaya keras menarik perhatian pemilih dengan berbagai pendekatan, mulai dari kedekatan politik hingga reformasi birokrasi. Namun, satu hal yang pasti, pilihan rakyat NTT pada Pilgub kali ini akan sangat menentukan masa depan pembangunan di wilayah ini.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait