DP3AP2KB NTT Ajak Warga Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak secara Masif

Rudy Rihi
Para peserta Seminar Edukatif Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jemaat Ebenhaeser Oeba. Foto : Ist

" Saya ajak semua pihak belajar dari sosok Ratu Ester, yang dengan keberaniannya berjuang untuk mempertahankan orang-orang Yahudi ketika mereka terancam. Dia berjuang demi harkat dan martabat mereka, menunjukkan bahwa perempuan juga dapat mengambil peran penting dalam menghadapi tantangan. Sementara itu, kita harus menyadari bahwa ada adat yang membelenggu perempuan, menempatkan mereka di belakang dan tidak memberi kesempatan untuk mengambil keputusan," ujar Pendeta (Pdt) Mathelda M. Djami Bunga memberikan sambutan mewakili Ketua Majelis Jemaat GMIT Ebenhaezer Oeba, dalam seminar tersebut.

Ia juga mengajak semua pihak harus berani mengungkapkan bahwa tradisi yang ada sering kali menindas perempuan. Oleh karena itu, kerjasama dengan semua pihak sangatlah penting untuk menciptakan perubahan.

"Semoga kita semua dapat lebih memahami isu-isu ini dengan lebih baik. Di kelas katekasasi, kita juga sudah diajarkan tentang hubungan iman Kristen dengan kekerasan dalam rumah tangga, dan kami berharap materi ini akan menjadi panduan seumur hidup bagi kita sebagai pembina dan pengajar pertama bagi anak-anak kita”, tambah pdt. Mathelda Djami Bunga.

Kekerasan, dalam berbagai bentuknya, menjadi isu serius yang memerlukan perhatian dan penanganan menyeluruh. Berdasarkan Undang-Undang yang berlaku, kekerasan fisik meliputi tindakan yang menyebabkan rasa sakit atau luka, sementara kekerasan seksual mencakup perbuatan merendahkan atau menyerang tubuh dan hasrat seksual seseorang tanpa persetujuan. Di sisi lain, kekerasan psikis menyebabkan penderitaan mental, ketakutan, dan hilangnya rasa percaya diri.

Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) juga menjadi perhatian utama, di mana tindakan perekrutan atau pengangkutan individu dilakukan dengan cara-cara yang mengancam atau mengeksploitasi. Selain itu, eksploitasi yang mencakup pelacuran, kerja paksa, dan penyalahgunaan kekuasaan menunjukkan betapa kompleksnya masalah ini.

Penting untuk dicatat bahwa kekerasan tidak hanya terjadi dalam konteks fisik, tetapi juga melalui pemaksaan perkawinan dan pelecehan seksual, baik secara fisik maupun nonfisik, setiap jenis kekerasan memberikan konsekuensi berat, baik secara fisik, mental, sosial, maupun ekonomi. Misalnya, dampak fisik seperti luka dan cacat dapat mengakibatkan biaya pengobatan yang besar, sementara dampak psikologis seperti trauma dan depresi memengaruhi kualitas hidup korban secara menyeluruh.

Editor : Sefnat Besie

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network