Jika ditotal, menurut Andreas, nilai impor komoditas pangan Indonesia dari 2008 hingga 2018 naik sekitar tiga kali lipat, yakni dari 8 juta ton menjadi 27,6 juta ton. "Masuk akal apa enggak dalam tempo 10 tahun naik segitu," kata Andreas.
Pemenuhan kebutuhan pangan domestik memang jadi salah satu perhatian Ganjar saat jadi Gubernur Jawa Tengah (Jateng). Tak lama setelah menemani Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau panen raya padi Ambal, Kabupaten Kebumen, Jateng, Maret lalu, Ganjar sempat berkicau di Twitter soal niat Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.
Di Jateng, Ganjar sendiri tergolong berhasil membangun kemandirian pangan. Tercatat, kini ada 282 desa mandiri pangan di provinsi tersebut. Pada 2019, Jateng bahkan sempat jadi lumbung padi terbesar nasional dengan produksi 9,65 ton gabah kering giling (GKG). Jateng baru tergeser oleh Jatim pada 2021.
Sepanjang 2020-2021, peningkatan ekspor komoditas pertanian Jateng tercatat sebesar Rp8,3 triliun, atau tertinggi di seluruh Indonesia jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya. Ekpor komoditas Jateng. bahkan sampai ke Mesir, Italia, Jepang, dan Korea Selatan. Capaian itu diganjar penghargaan Abdi Bakti Tani Tahun pada 2021.
Pada era Ganjar, Jateng juga memunculkan tren pertanian organik yang ramah lingkungan. Itu ditandai dengan lahirnya petani-petani milenial. Dari sekitar 3 juta petani di Jateng saat ini, 33,7% di antaranya ialah petani dari kalangan milenial yang tergolong melek teknologi.
Apa pun program yang bakal disusun Ganjar dan bacapres lainnya, Andreas berharap petani tidak dipinggirkan. "Kalau petani dikorbankan ya sudah produksi pangan akan semakin menurun. Impor semakin lama akan semakin meningkat," ucap Andreas.[tama]
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait