Dorong Pertumbuhan Ekonomi Hijau, Pemprov NTT Kolaborasi dengan ICRAF

Eman Suni
Pemprov NTT berkolaborasi dengan ICRAF gelar Kick-off Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Hijau yang Berketahanan Iklim, Pangan dan Responsif Gender. Rabu (21/06/2023). Foto: Eman Suni/ Inews Tv.

KUPANG,iNewsTTU.id-- Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah yang kehidupan masyarakatnya lebih banyak sebagai petani, hal ini membuat masyarakat masih mengalami kesulitan ekonomi karena pola bertaninya masih tergantung pada musim penghujan yang relatif sangat singkat.

Untuk mengatasi kondisi ini, Pemerintah Provinsi NTT berkolaborasi dengan International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) melakukan Kick-off Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Hijau yang berketahanan Iklim, pangan dan responsif gender di Kupang, Rabu (21/06/2023).

"Kick-off ini adalah awal proses penyusunan pertumbuhan ekonomi hijau dan bersama Pemprov NTT akan dimulai dengan kegiatan penyusunan master plan terkait ekonomi hijau", sebut Dr Sonya Dewi, direktur ICRAF.

ICRAF berharap ada rumusan visi dan tujuan serta beberapa indikator pertumbuhan ekonomi hijau yang dicita-citakan provinsi NTT.

Tujuan kegiatan ini adalah mendorong petani untuk bertani secara cerdas. Sehingga pemilihan pengelolaan lahan, percampuran tanaman semusim dengan tanaman tahunan (umur panjang) supaya mikroklimat itu lebih baik. Terutama kesuburan tanah dan kelembapan tanah akan lebih tinggi. Sehingga ketahanan terhadap perubahan iklim itu akan lebih baik terutama ketahanan pangan. ", jelas Dr Sonya. 

Sementara Plt Kepala Bapelitbangda NTT, Alfonsus Theodorus menyampaikan bahwa sebenarnya ekonomi hijau itu sudah didorong oleh berbagai negara di dunia sejak 10 tahun lalu dan bagaimana implementasi dari ekonomi hijau itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Karena itu, skema sekarang kami dengan ICRAF berupaya supaya skema ekonomi hijau itu tumbuh dan terpetakan.

"Dinegara lain ekonomi hijau sudah berjalan sejak sepuluh tahun lalu, sehingga kita sedang berkolaborasi dengan ICRAF untuk menerapkannya di NTT", ujar Theodorus 

NTT secara geografis itu memiliki garis pantai 5.700 Km dan daratan 47ribu meter persegi lebih, dan dari sekian potensi ini ada banyak lahan tidur sehingga kita perlu manfaatkan lahan tidur itu untuk mewujudkan ekonomi hijau.

"Disini ada banyak potensi lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan ekonomi hijau", tutup Plt Kepala Bapelitbangda NTT.

Provinsi Nusa Tenggara Timur ini, dikenal sebagai daerah yang cukup kering,jika dibandingkan dengan bagian Barat Indonesia. Sehingga perubahan iklim menuju musim kekeringan bisa lebih panjang. Tentunya ini menyulitkan para petani karena harus menderita gagal panen, kekurangan air dan sebagainya.

Dalam perencanaan ICRAF mengacu pada tools yang menyatukan banyak data dan peta sehingga kalau nanti NTT sudah memiliki skenario pembangunan ekonomi hijau maka akan dimasukan ke land use planing multiple environmental services (LUMENS).

Perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau ini harus ramah lingkungan, sekaligus mengurangi dampak negatif lingkungan dan pertumbuhan ekonomi hijau harus terus berkelanjutan, jangan hanya dalam kurun waktu tertentu saja.

Editor : Sefnat Besie

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network