Terjaring di Rote Ndao, 6 Imigran Gelap China dan 5 ABK WNI Gagal Capai Australia

Rote Ndao, iNewsTTU.id - Upaya enam warga negara asing (WNA) asal China untuk mencapai Australia secara ilegal berakhir di perairan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Mereka bersama lima anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Indonesia yang membawa mereka, diamankan oleh Polres Rote Ndao pada Minggu (4/5) sekitar pukul 10.00 WITA.
Kapolres Rote Ndao, AKBP Mardiono, mengungkapkan bahwa penangkapan ini bermula dari laporan masyarakat yang melihat sebuah kapal fiber berwarna putih tanpa nama dan bendera berputar-putar mencurigakan di sekitar perairan Batutua Pulau Landu.
"Dari laporan ini, Polres Rote Ndao langsung menerjunkan anggotanya ke lokasi yang dimaksud dan berhasil mengamankan 6 orang imigran asal China, 5 orang laki-laki dan 1 orang perempuan, serta 5 orang warga negara Indonesia sebagai ABK sebuah kapal fiber, di sekitar perairan Batutua Pulau Landu Rote Ndao," jelas AKBP Mardiono.
Berdasarkan pemeriksaan, diketahui bahwa keenam imigran gelap asal China tersebut bertolak dari negara mereka menuju Bali, kemudian melanjutkan perjalanan ke Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, dan tiba pada 24 April lalu.
Di Konawe, mereka mendapatkan kapal fiber yang dinakhodai oleh Sarisi dan diawaki oleh Saen, Terling, Oses, dan Karno, semuanya WNI.
Perjalanan ilegal menuju Australia tidak berjalan mulus. Pada 29 April, kapal yang mereka tumpangi dicegat oleh otoritas Australia di perairan perbatasan kedua negara. Kapal tersebut disita dan dimusnahkan oleh pihak Australia.
Setelah penangkapan tersebut, pada 4 Mei, keenam imigran gelap China dan kelima ABK Indonesia diberikan sebuah kapal pengganti berwarna putih oleh otoritas Australia dan diperintahkan untuk segera kembali ke Indonesia.
Akibatnya, kapal pengganti tersebut terdampar di perairan Batutua Pulau Landu, Rote Ndao.
Kini, seluruh imigran gelap asal China dan ABK WNI tersebut ditampung di Mapolres Rote Ndao untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Rencananya, mereka akan dievakuasi ke Rumah Detensi Imigrasi di Kupang untuk proses selanjutnya.
Peristiwa ini kembali menunjukkan bahwa Australia masih menjadi tujuan utama bagi para imigran gelap yang mencari suaka dan kehidupan yang lebih baik.
Editor : Sefnat Besie