"Jadi kita dari sini 900 meter jalan mendatar, selanjutnya mulai mendaki jadi harap jangan boros tenaga, santai aja, karena jaraknya 3, 4 kilometer, kalau untuk melihat blue fire, kita tempuh lagi jarak 900 meter ke dasar kawah,"pesan Pak Slamet malam itu.
Mendengar pesan Pak Slamet, kami pun bersemangat, bagai memacu adrenalin kami, apalagi ingin sekali melihat api biru atau Blue fire yang hanya ada dua di dunia, yakni satunya di kawah gunung Ijen Jawa Timur dan satu lagi di negara Islandia.
Saat pintu gerbang menuju Kawah Ijen pun dibuka, kami berdesak-desakan ingin saling mendahului untuk tiba lebih awal di kawah Ijen menyaksikan Blue Fire.
Tak mau kalah gengsi, Kami berpacu dengan wisatawan mancanegara, derap langkah mereka lebih cepat karena postur tinggi, sementara kami harus terengah-engah di tengah pendakian ekstrim mulai pos kedua hingga pos ke-enam.
Hanya satu jalur saja menuju kawah ijen, sempitnya jalur pendakian itu membuat kami kadang harus menepi agar troli bisa lewat.
Troli ini hanya digunakan oleh pendaki yang tak mampu berjalan lagi. satu troli biasanya di dorong oleh tiga orang menuju puncak, atau sebaliknya.
Sesekali, kami harus memasang masker pelindung yang dibagikan, sebab bau belerang semakin menyengat, bila tak memakai masker itu, bisa terserang sesak nafas.
Editor : Sefnat Besie