BANYUWANGI, iNewsTTU.id--Bunyi klakson sebuah mobil minibus di Loby Hotel Ilira Banyuwangi Jawa Timur membuat para jurnalis se-Jatimbalinus, (Jawa Timur-Bali-NTB-NTT) bergegas keluar dari kamar hotel menuju tempat duduk masing-masing di mobil itu.
Mobil ini memang sudah disediakan untuk mengantar para jurnalis demi berburu momen Api Biru di kawah Ijen.
Sebelumnya, kami mengikuti Media Gathering yang digelar Pertamina Patra Niaga Region Jatim, Bali dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) di Banyuwangi, 13-16 September 2023.
Saat keluar dari kamar Hotel, Sebagian di antara kami telah mempersiapkan perlengkapan seperti jaket tebal, pelindung kepala hingga sarung tangan dan air mineral.
Malam itu, sekira pukul 12:30 WIB, kami melakukan perjalanan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen mengunakan dua unit mini bus.
Kawah Ijen memang terkenal dengan pesona Api Biru yang selalu diburu oleh wisatawan.
Selama perjalanan, hanya deru mesin mobil yang menemani kami ditengah keheningan malam itu, tak ada kata-kata yang tersahut di antara kami.
Sekira 1 jam 54 menit waktu perjalanan dengan jarak tempuh 49 kilometer, kami pun sampai di Gerbang menuju kawah Ijen.
Satu-persatu jurnalis turun dari mobil disambut Suhu 8 derajat celsius yang cukup dingin. Bagi kami yang berdomisili di daerah panas dan gersang seperti di NTT, nyaris membuat kami berbalik haluan.
Beberapa penjual perlengkapan seperti sarung tangan, headlamp dan pelindung kepala menghampiri kami untuk menjajakan barang dagangan mereka.
Tak heran. bila hampir semua Jurnalis yang ikut pendakian adalah pemula, tentunya butuh perlengkapan tersebut.
Sebelum menuju pendakian, kami dipandu oleh Pak Slamet Wirahadi, Pak Slamet adalah ketua Ketua Himpunan Pramuwisata Khusu Wisata Ijen, (HPKWI).
"Jadi kita dari sini 900 meter jalan mendatar, selanjutnya mulai mendaki jadi harap jangan boros tenaga, santai aja, karena jaraknya 3, 4 kilometer, kalau untuk melihat blue fire, kita tempuh lagi jarak 900 meter ke dasar kawah,"pesan Pak Slamet malam itu.
Mendengar pesan Pak Slamet, kami pun bersemangat, bagai memacu adrenalin kami, apalagi ingin sekali melihat api biru atau Blue fire yang hanya ada dua di dunia, yakni satunya di kawah gunung Ijen Jawa Timur dan satu lagi di negara Islandia.
Saat pintu gerbang menuju Kawah Ijen pun dibuka, kami berdesak-desakan ingin saling mendahului untuk tiba lebih awal di kawah Ijen menyaksikan Blue Fire.
Tak mau kalah gengsi, Kami berpacu dengan wisatawan mancanegara, derap langkah mereka lebih cepat karena postur tinggi, sementara kami harus terengah-engah di tengah pendakian ekstrim mulai pos kedua hingga pos ke-enam.
Hanya satu jalur saja menuju kawah ijen, sempitnya jalur pendakian itu membuat kami kadang harus menepi agar troli bisa lewat.
Troli ini hanya digunakan oleh pendaki yang tak mampu berjalan lagi. satu troli biasanya di dorong oleh tiga orang menuju puncak, atau sebaliknya.
Sesekali, kami harus memasang masker pelindung yang dibagikan, sebab bau belerang semakin menyengat, bila tak memakai masker itu, bisa terserang sesak nafas.
Jarak dari lereng hingga puncak hanya 3, 4 kilometer namun InewsTTU.id bersama rekan jurnalis lainnya tempuh dalam waktu 2,5 jam perjalanan.
Hanya bermodalkan headlamp, kami menembus kegelapan malam itu, sesekali hanya menoleh ke belakang untuk memastikan kami masih berada dalam satu tim, dengan sandi "Pertamina mantap".
Setelah melalui perjalanan yang melelahkan, kami akhirnya terbayar dengan pemandangan dari kawah Ijen yang sudah mulai mengeluarkan asap berbau belerang dengan kawah yang berwarna hijau toska.
Sedangkan momen blue fire tidak bisa disaksikan secara dekat karena jalur menuju kawah butuh waktu setengah jam lagi dengan jarak tempuh 900 meter, sedangkan waktu hampir menunjukan pukul 04:00 WIB.
Apalagi dengan kondisi jalan sempit dan curam dengan tumpuan bebatuan lepas yang membahayakan.
Dari bibir kawah itu, terlihat Beberapa pria dengan langkah pasti berpapasan dengan kami, sambil memikul bakul berisi bongkahan batu berwarna kuning mirip belerang.
Tak mau kehilangan momen indah, camera handphone mulai dikeluarkan dari saku jaket dan memotret sekeliling suasana di Kawah Ijen.
Apalagi saat sinar matahari pagi muncul dari ufuk timur membuat panorama pagi itu semakin lengkap dan terbayarkan dengan keletihan yang dilintasi semalam.
Seiring waktu berjalan, tak terasa, pagi itu, jam sudah menunjukan pukul 6:00 waktu setempat, kami pun harus bergegas kembali.
Sejarah Terbentuknya Kawah Ijen
Dikutip dari berbagai sumber disebutkan, Terbentuknya Kawah Ijen terjadi pada 70 ribu tahun lalu. Dahulunya, Kawah Ijen adalah kaldera dari Gunung Ijen Purba yang ada sejak 300 ribu tahun lalu.
Wilayahnya berada di 4 Kabupaten saat ini, yakni Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, dan Jember. Gunung Ijen purba memiliki tinggi sekitar 3.500 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Gunung Ijen Purba meletus dahsyat. Sehingga memunculkan kaldera dengan diameter 15 kilometer. Tak hanya itu, muncul gunung-gunung kecil disekitar kaldera dan pinggir kaldera.
Meski terlihat indah, tetapi siapa sangka air kawah itu memiliki titik asam hingga mencapai angka 0 yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Air dengan tingkat keasaman ini dapat melarutkan berbagai benda, termasuk tubuh manusia.***
Editor : Sefnat Besie