PALEMBANG, iNewsTTU.id- Dengan langkah kaki yang cepat, Kepala Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Zainal Arifin, bergegas menuju podium ballroom di lantai 3 Hotel Wyndham Opi Palembang, Sumatera Selatan, Senin (3/7/2023) pagi.
Pria bertubuh sedang itu, tampak percaya diri duduk bersebelahan dengan sejumlah pejabat tingkat kecamatan hingga pusat yang saat itu hadir.
Mengenakan batik dan celana kain hitam serta kopiah, Zainal hadir sebagai pembicara dalam kegiatan temu kerja tim percepatan penanganan stunting atau gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi pada anak, tingkat nasional di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dia duduk bersebelahan dengan Camat Banyuasin Lakoni Syafran, Bupati Tegal Umi Azizah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Lalu Hamzi Fikri, Akademisi Fasli Jalal, Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Direktorat Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan Teguh Hadi Sulistiono, Pelaksana Tugas Direktur Gizi dan KIA, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Lovely Daisy dan Pelaksana Harian Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Sri Purwaningsih
Acara yang dibuka dengan peluncuran buku stunting pedia itu, dihadiri Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Suprapto, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, sejumlah Bupati dan Wakil Bupati dari berbagai Kabupaten di Indonesia.
Hadir juga perwakilan dari Tanoto Foundation, sebuah organisasi filantropi independen yang membantu menangani stunting di Indonesia, yakni Country Head of Tanoto Foundation Inge Sanitasia Kusuma dan Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation Eddy Henry.
Zainal dengan percaya diri menyampaikan sejumlah program yang telah dilakukannya untuk mengentaskan stunting.
Satu yang paling menonjol soal pemberian makanan tambahan bagi anak stunting di desanya.
Tak tanggung-tanggung, Zainal bahkan turun langsung bertemu dengan anak-anak stunting.
"Saya datang kasih makan anak-anak sambil saya duduk dan suapin mereka. Saya menunggu hingga mereka selesai makan,"ungkap Zainal, yang disambut tepuk tangan ribuan peserta yang hadir.
"Ini bentuk kepedulian kami dalam menangani stunting. Jadi ini prosesnya sampai segitu," sambung Zainal.
Zainal menjelaskan, desanya pertama kali menjadi lokus stunting pada tahun 2022 lalu, dengan angka stunting dari hasil penimbangan berat badan serentak sebanyak 222 anak atau 29 persen.
Kondisi itu kata dia menjadi ironi, karena desanya sebagian besar warga bekerja sebagai nelayan yang memiliki hasil laut yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makan bergizi bagi keluarga. Namun, justru banyak anak yang stunting.
Menurut Zainal, ada beberapa penyebab masalah stunting, yakni masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pola asuh yang baik dan benar bagi keluarga, terutama ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah usia di bawah dua tahun (baduta) dan anak di bawah usia lima tahun (balita).
Editor : Sefnat Besie