OBESITAS dan Diabetes Melitus (DM) mengalami peningkatan kasus baru yang signifikan, karena itu Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) memberikan status epidemi.
Perkiraan angka kejadian penderita DM pada kelompok yang berisiko secara global akan menjadi 3 kali lipat pada tahun 2030.
Peningkatan prediksi tersebut selaras dengan apa yang telah diperkirakan oleh WHO bahwa pada tahun 2030 penderita DM akan mencapai 21.3 juta dan dari International Diabetes Federation (IDF) diperkirakan di tahun 2045 akan mencapai 16,7 juta dari angka sebelumnya.
Kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda, berdasarkan pola pertambahan penduduk di Indonesia, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti akan ada 28 juta penderita DM di daerah urban atau perkotaan dan 13,7 juta di daerah rural atau pedesaan.
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia atau suatu kondisi peningkatan kadar glukosa atau gula darah melebihi normal yang terjadi karena kelainan pengeluaran insulin, kerja insulin atau keduanya.
Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan menunjukan peningkatan jumlah penderita DM menjadi 8,5% dari 6,9% di tahun 2013. Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko diabetes, yaitu 14.8% pada RISKESDAS tahun 2013 menjadi 21,8% pada tahun 2018.
Hal ini seiring pula dengan meningkatnya kasus jumlah berat badan berlebih dari 11,5% menjadi 13,6% dan untuk obesitas sentralyaitu lingkar pinggang > 90cm pada laki-laki dan > 80 cm pada perempuan meningkat dari 26,6% menjadi 31%.
Kenapa perlu waspada obesitas?
Obesitas atau yang biasa dikenal dengan kegemukan merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketikseimbangan asupan energi (energi intake) dengan energi yang digunakan (energi expenditure).Obesitas dapat ditentukan oleh Indeks Massa Tubuh (IMT) yang mana lebih dari 23 kg/m2 dan lingkar pinggang > 90cm pada laki-laki dan > 80 cm pada perempuan.
Obesitas berkaitan erat dengan kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan menyebabkan kematian pada 2.8 juta orang dewasa setiap tahunnya.Selain itu, individu dengan berat badan berlebih dan obesitas memiliki risiko mengalami diabetes (44%), penyakit jantung iskemik (23%) dan kanker (7-41%).
Obesitas disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan, obat-obatan dan hormonal serta dapat ditemukan pada orang dewasa, remaja dan anak-anak .Pada zaman sekarang ini, kurangnya aktivitas fisik, pola makan dan makanan juga menyumbang terjadinya obesitas, seperti kecenderungan memilih makanan cepat saji, makanan tinggi kalori (high dense calorie), makanan manis dan berlemak (fat dan sweet sensation, fat spreadable, butter aroma), serta makanan yang terlalu asam atau asin (sour and salty food).
Bagaimana obesitas dapat menyebabkan diabetes?
Berat badan berlebih (overweight) dan obesitas sangat kuat korelasinya dengan DM Tipe 2.Lebih dari 90% penderita DM tipe 2 mengalami obesitas dengan IMT lebih dari 23 kg/m2.Obesitas merupakan faktor terpenting terjadinya resistensi insulin.Hormon insulin membantu mengontrol jumlah gula (glukosa) dalam darah.
Bila terjadi resistensi insulin, sel-sel tubuh tidak merespon insulin secara normal sehingga glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel dengan mudah dan menyebabkan penumpukan glukosa di dalam darah.
Pada sebuah penelitian meta-analysis di Amerika dan Eropa yang membandingkan orang dengan obesitas dan berat badan normal, laki-laki dengan obesitas mempunyai risiko 7 kali lebih tinggi untuk terkena DM Tipe 2 dan perempuan dengan obesitas mempunyai risiko 12 kali lebih tinggi untuk terkena DM Tipe 2.
Sebuah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional di Semarang dengan melibatkan 60 subjek berusia 40-55 tahun didapatkan hasil bahwa diameter lingkar perut berbanding lurus dengan kadar HbA1c (glukosa yang terikat di hemoglobin) pada subjek laki-laki dengan berat badan berlebih/ obesitas. Kenaikan 1 cm lingkar perut meningkatkan kadar HbA1c 17%.
Apa saja tanda dan gejala diabetes?
Diabetes seringkali muncul tanpa gejala.Namun demikian ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sebagai tanda kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/ mudah lapar).
Selain itu, sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Diagnosis Diabetes Melitus ditentukan apabila terdapat tanda dan gejala diatas disertai dengan adanya peningkatan kadar gula di dalam darah melalui pemeriksaan Gula Darah Puasa/ GDP (> 126 mg/dL), atau Glukosa Plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral/ TTGO (>200mg/dL), atau Glukosa Darah Sewaktu (>200mg/dL), atau HbA1c >6,5%.
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya obesitas dan diabetes?
Prinsip pencegahan obesitas adalah mengatur keseimbangan energi. Pengaturan keseimbangan energi ini harus dilakukan sepanjang kehidupan sebagai gaya hidup bukan hanya sebagai program. Jika terjadi ketidakseimbangan energi yaitu asupan masuk yang lebih besar dari yang dikeluarkan maka kelebihan energi akan disimpan menjadi lemak. Dengan demikian dalam waktu tertentu seseorang akan kembali menjadi obesitas.
Oleh karena itu, seorang yang obesitas harus menerapkan perubahan gaya hidup untuk waktu yang lebih lama yaitu selama kehidupannya.
1. Pola makan
• Pola makan mecakup jumlah, jenis, jadwal makan dan pengelolahan bahan makanan. Jenis makanan pada piramida gizi seimbang terdiri dari kelompok karbohidrat, sayur dan buah, protein dan minyak, gula dan garam.
• Anjuran konsumsi gula: 4 sendok makan gula/ hari
• Anjuran konsumsi garam: 1 sendok teh garam/ hari
• Anjuran konsumsi lemak: 5 sendok makan minyak/ hari
• Konsumsi karbohidrat kompleks, sayur dan buah lebih banyak. Gula rafinasi (gula pasir, gula batu, dan gula jawa) dan madu dibatasi.
• Minyak goreng jenuh seperti minyak kelapa sawit sebaiknya juga dibatasi
• Jadwal makan harus dilakukan secara teratur yaitu terdiri dari 3 kali makan utama dan 2 kali makanan selingan
• Makanan selingan diutamakan kelompok buah dan sayur dalam keadaan utuh dan segar
• Teknik pengolahan yang dianjurkan adalah dengan cara dikukus, rebus dan tumis dengan menggunakan minyak yang sedikit serta tanpa penambahan gula yang berlebihan
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait