KEFAMENANU, iNewsTTU.id--Dentang lonceng Gereja bertalu-talu terdengar dari balik bukit pagi itu, bersamaan dengan bunyi weker tua yang menempel di balik dinding rumah mengejutkan Gaspar Manek Uskenat, pria paruh baya dari tidurnya.
Pagi itu tepatnya hari Minggu, seperti biasanya, Gaspar, Istri, anak dan sebagian besar warga Desa Matabesi, tua muda, kakek Nenek mulai bergegas menuju rumah ibadah untuk menunaikan taqwa.
Derap langkah mereka meyusuri jalan setapak dari lereng bukit hingga punggung bukit semakin cepat, pagi itu matahari dibaluti awan, mereka tak mengira waktu hampir menunjukkan pukul 08.00 Wita.
Waktu untuk beribadah bagi umat Katolik di wilayah itu adalah tepat pukul 08:00 Waktu Indonesia Bagian Tengah.
Tak terasa, keringat mengucur dari kening usai daki jalan setapak di celah perbukitan menuju Stasi di Desa tetangga, ya.. satu-satunya rumah Ibadah yang terdekat bagi umat Katolik adalah di Stasi Luniup, Kapela St. Antonius Maria Claret.
Ibadah yang berlangsung khusuk pun usai, warga berbondong-bondong pulang ke Desa Matabesi dengan jarak tempuh dua kilometer lebih disinari terik matahari di atas ubun-ubun.
Terlihat dari balik bukit, seorang pria tua masih berjalan tertatih-tatih menyusuri jalan setapak menuju rumahnya saat pulang dari Gereja. Diusia yang senja, tenaga Siprianus Subani hampir terkuras, dia tak sekuat masa muda dulu.
Seakan tak merasakan lelah, suasana ini terus dijalani 126 kepala keluarga yang terdiri dari 400 jiwa demi merawat kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
"Iya pak, di Desa kami tidak ada Kapela, untuk beribadah, kami harus pergi ke Stasi (Rumah Ibadah kecil umat Katolik) di Luniup di desa tetangga, memang agak jauh tapi mau bagaimana lagi,"ungkap Gaspar Manek Uskenat, sambil memapah Siprianus Subani, siang itu kepada penulis.
Topografi wilayah Matabesi didominasi perbukitan dan sebagian hamparan gersang. Kondisi inilah yang membuat warga tak mampu berbuat banyak hanya pasrah pada keadaan.
Mata pencaharian, warga Desa Matabesi sebagai petani lahan kering dan beternak secara musiman membuat warga di Matabesi hanya bertahan hidup dan mencukupi diri untuk makan dan minum sehari-hari.
Berkaca dari kondisi perekonomian masyarakat di atas, maka harapan untuk memiliki bangunan Kapela dari sumbangan umat serasa tak mungkin lagi.
"Dulu kami ada satu bangunan reot, semacam rumah kecil, kami pakai beribadah, tetap karena sudah rusak jadi kami pindah ke desa tetangga,"ungkap Gaspar mengisahkan kondisi rumah ibadah waktu itu, semasa Yosep masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar.
TMMD Reguler ke-116 Sasar Desa Matabesi NTT
Kunjungan Bupati Timor Tengah Utara, Dandim TTU dan pejabat dari Mabes TNI di Lokasi TMMD Desa Matabesi. Foto: ist
Kabupaten Timor Tengah Utara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki wilayah sangat luas, luasnya wilayah ini bahkan berbatasan darat langsung dengan wilayah Distrik Oekusi, Negara Timor Leste.
Kabupaten ini terdiri atas 24 kecamatan dan 198 Desa dan Kelurahan dengan Luas wilayah adalah 2.669,70 km² dengan jumlah penduduk sekitar 259.829 jiwa membuat Timor Tengah Utara khususnya kawasan pedalaman belum tersentuh pembangunan secara merata baik itu fisik maupun non-fisik.
Desa Matabesi di Kecamatan Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan salah satu wilayah yang masih terisolir, padahal Desa ini hanya berjarak belasan kilometer dari Pintu Lintas Batas Negara, (PLBN) Wini-Timor Leste.
Bagai pucuk dicinta ulam tiba, begitulah, pepatah yang layak disematkan bagi impian warga Desa Matabesi, selama 43 tahun sudah, mereka menanti dan mendambakan adanya Kapela yang baru agar umat tidak lagi beribadah hingga desa tetangga dengan menempuh jarak yang cukup jauh.
Melalui Kodim 1618 Timor Tengah Utara, Mabes TNI-AD menetapkan Desa Matabesi menjadi lokasi sasaran TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-116 Tahun 2023.
Sinergi Pemerintah Daerah dan Kodim TTU Wujudkan TMMD
Informasi masuknya Program TMMD di Kabupaten Timor Tengah Utara ini menjadi kabar sukacita bagi seluruh masyarakat Desa Matabesi, termasuk Gaspar Manek Uskenat.
Tepat pada Hari Rabu, 10 Mei 2023 Gong TMMD ke-116 resmi ditabuh Bupati TTU, David Juandi, disaksikan oleh Pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah setempat dalam upacara pembukaan TMMD yang berlangsung di Makodim 1618 TTU pagi itu.
Foto: Bupati Timor Tengah Utara, David Juandi Tabuh Gong TMMD Reguler 116 Tahun 2023.Foto: iNewsTTU.id/Sefnat P. Besie
Gong TNI Manunggal Membangun Desa ke-116 di Wilayah Kodim 1618/TTU yang ditabuh oleh Bupati Timor Tengah Utara, David Juandi pertanda seluruh kegiatan dalam program TMMD mulai dilaksanakan oleh TNI.
Sepasukan Prajurit Berseragam Loreng dengan fisik kekar dikerahkan ke lokasi sasaran, namun bukan untuk berperang, tetapi untuk merajut harapan dan mengubah wajah Desa Matabesi setara dengan Desa lainnya.
"Kami dari TNI membangun Sinergi lintas sektoral, termasuk pemerintah Kabupaten, pemerintah Desa, dan masyarakat setempat untuk mewujudkan kemanunggalan TNI rakyat di wilayah sasaran TMMD,"kata Dandim 1618/TTU, Letkol Arm Laode Irwan Halim.
Guna mendukung suksesnya pembangunan melalui Program TMMD, pemerintah daerah Timor Tengah Utara juga menghibahkan sejumlah dana ditambah alokasi dana dari Mabes TNI.
Berbekal dukungan anggaran, Pasca Upacara Pembukaan TMMD, Personel TNI-AD asal Kodim 1618/TTU mulai berjibaku menggali Pondasi Kapela dengan ukuran panjang 24 meter dengan lebar 12 meter yang akan dibangun secara permanen.
Memang tak semudah jari menarik pelatuk senjata api untuk menembak sasaran atau melumpuhkan musuh, namun sasaran dalam TMMD kali ini butuh sentuhan gemulai jemari dari fisik yang kekar agar bangunan kapela yang dibangun terlihat cantik mempesona.
'Bersenjatakan' sekop, linggis, martil, senduk campuran dan alat pendukung lainnya, personel TNI Kodim TTU, TNI Angkatan Udara, TNI Angkatan Laut, dibantu masyarakat, staf pemerintah daerah dan anggota Polsek setempat mengerjakan bangunan kapela dari Pondasi hingga atap dengan sempurna.
Letkol Arm. Laode Irwan Halim menyebut, pembangunan Rumah Ibadah bagi umat Katolik di Desa Matabesi melalui program TMMD reguler ke-116 tahun 2023 sudah ditetapkan melalui tiga alasan atau tiga aspek.
Aspek yang pertama adalah:
1. Aspek Aspiratif.
Rencana pembangunan rumah ibadah atau Kapela bagi umat katolik di Matabesi sudah dilaksanakan melalui musrembang tingkat desa hingga kecamatan, sehingga dari sisi aspirasi sudah terwakili.
2. Aspek skala Prioritas.
Aspek skala prioritas, aspek prioritas karena kenapa? di Desa ini tidak ada Kapela sehingga ratusan warga terpaksa harus beribadah di Desa Tetangga, selain itu keterbatasan biaya membuat masyarakat tidak mampu membangun rumah ibadah yang layak.
3. Aspek Strategis.
Letak atau lokasi bangunan kapela yang dibangun saat ini cukup strategis karena berada di tengah pemukiman penduduk sehingga memudahkan warga bisa mengakses rumah ibadah ketimbang harus menuju desa tetangga untuk beribadah.
"Aspek Aspiratif, Aspek skala Prioritas dan Aspek Strategis-lah yang membuat Mabes TNI menetapkan desa Matabesi menjadi sasaran TMMD kali ini,"terang Letkol Arm Laode Irwan Halim, Dandim 1618/TTU.
TMMD, Pupuk Semangat Gotong Royong
TNI Gelorakan semangat Gotong royong saat membangun Kapela baru di Desa Matabesi. Foto: ist
Kehadiran TMMD di wilayah Desa Matabesi kembali mengingatkan masyarakat akan pentingnya gotong royong, semangat gotong royong yang digelorakan oleh TNI menjadi senjata ampuh mendekatkan yang jauh dan mengeratkan yang dekat, serta meringankan yang berat.
Masuknya Program TMMD di wilayah Desa Matabesi membuat Gaspar Manek Uskenat Selaku penguasa wilayah Desa tak tinggal diam, Gaspar mengerahkan seluruh kekuatan warganya bahu-membahu bersama TNI Kodim TTU membangun Gedung Kapela baru.
Bagi Gaspar, semangat Gotong royong-lah yang mampu meringankan pekerjaan berat dan menyelesaikan pekerjaan yang ringan.
"Supaya cepat selesai, masyarakat kita kerahkan semua untuk membantu pembangunan Kapela ini,"tandas Gaspar Manek Uskenat yang saat ini menjabat sebagai Kepala Desa Matabesi.
Harapan warga Matabesi untuk beribadah di gedung Kapela yang baru tak terbendung, mulai dari penggalian pondasi hingga pemasangan tembok, tua muda, laki-laki perempuan tak tinggal diam.
"Mereka sibuk membantu TNI, semangat gotong royong inilah yang mulai berkobar kembali demi satu harapan bersama yakni Gedung Kapela baru,"tandasnya.
Seiring waktu berjalan, satu persatu item pekerjaan pembangunan Kapela usai sudah, sekilas terlihat dari balik bukit Desa Matabesi berdiri megah sebuah bangunan dengan tembok berwarna kuning yang dinamakan Kapela Kapela St. Dominikus Matabesi.
"Kami ucapkan terimakasih kepada TNI, sungguh bermanfaat bagi kami, Kami tidak lagi jalan jauh untuk pergi ke gereja, cukup kami beribadah di Kapela baru yang dibangun oleh TNI, kami namakan Kapela St. Dominikus Matabesi,"kata Kepala Desa Matabesi.
Ungkapan kegembiraan spontan terucap dari salah satu warga Desa Matabesi, dia sangat bersyukur atas kepedulian TNI yang sudah membangun rumah ibadah buat warga di Desa mereka.
"Memang kami sudah impikan sejak tahun 1980, dan hari ini memang nyata, kami ucapkan terimakasih kepada bapak TNI dari Kodim 1618 TTU, Pimpinan Kodam Udayana dan pimpinan TNI angkatan Darat di Jakarta yang sudah berbuat baik untuk kami,"ungkap Siprianus Subani sembari mengaduk adonan pasir dan semen siang itu.
Koordinator Lapangan Satgas TMMD 116 Desa Matabesi, Kapten Inf. Nur Marsudi mengungkapkan, dukungan masyarakat melalui gotong royong membuat bangunan berukuran panjang 24 Meter, lebar 12 meter dan tinggi 6, 5 meter selesai sesuai waktu yang ditentukan
"Alhamdulilah, bangunan fisik sudah selesai 100 persen, masyarakat segera manfaatkan Gedung Kapela baru tersebut,"kata Kapten Marsudi.
Selain pembangunan fisik, Personel TNI Kodim TTU juga membangun sumber daya manusia (SDM) melalui penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan dengan aktifitas yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Apalagi wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara ini berbatasan darat langsung dengan Distrik Oekusi negara Timor Leste. (wilayah Enclave dari Negara Timor Leste)
Dandim 1618/TTU, Letkol Laode Irwan Halim mengakui tak bisa dipungkiri dengan panjang batas darat 114,90 Km, yang terbentang dari Wini, Kecamatan Insana Utara hingga Aplal Kecamatan Mutis dengan Distrik Oekusi Timor Leste masih menjadi potensi adanya ancaman dan gangguan.
"Bukan saja pembangunan fisik, namun pembangunan sumber daya manusia juga menjadi sasaran dalam Program TMMD ini, sebab Wilayah ini berbatasan darat langsung dengan Distrik Oekusi Negara Timor Leste,"imbuh mantan Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-RDTL Sektor Barat.
Foto: Sosialisasi bahaya Narkoba kepada masyarakat Desa Matabesi di lokasi TMMD reguler ke-116 Tahun 2023. Foto: Ist
Kegiatan Non Fisik, Kata Letkol Laode berupa penyuluhan wawasan kebangsaan kepada warga Perbatasan Khususnya tentang Hukum, selain itu tentang peredaran Narkoba di Wilayah Perbatasan seperti di Timor Tengah Utara.
Pihak TNI juga terus mencegah adanya paham radikalisme yang bisa saja berkembang di Wilayah Perbatasan dengan cara terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat perbatasan.
Merawat Taqwa menjaga Toleransi untuk Indonesia dari Perbatasan RI-RDTL
Bukan tanpa alasan, bagi TNI, membangun Rumah Ibadah untuk warga Perbatasan adalah cara TNI Merawat Taqwa dan kepercayaan yang merujuk pada Sila Pertama dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bukan saja rumah Ibadah umat Katolik, namun pada program-program TMMD terdahulu, juga ada pembangunan rumah ibadah seperti Masjid, Pura, serta rumah ibadah lainnya serta Fasilitas Pendidikan yang tersebar di Indonesia.
Bukan saja infrastruktur jalan dan fasilitas umum yang dibangun, TNI juga melihat ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha Esa menjadikan Negara Indonesia tetap bersatu walau terdiri dari beribu pulau, suku, ras, agama dan golongan.
Foto: Gedung Kapela St. Dominikus Matabesi yang telah selesai dibangun oleh TNI melalui Program TMMD reguler ke-116 Tahun 2023. Foto: Ist
Melalui TMMD, TNI kembali menggerakkan pembangunan dan menghidupkan kembali semua sektor kehidupan yang terganggu bahkan terhenti pada masa pandemi covid-19 yang lalu termasuk dengan aktifitas di setiap rumah ibadah.
Melalui TMMD, TNI terus membangun Sinergi Lintas Sektoral Mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat Semakin Kuat, merawat ketaqwaan dan kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjalin Toleransi dari dari wilayah Perbatasan untuk Indonesia.
Dandim Timor Tengah Utara berharap, pembangunan Kapela ini menjadi lambang Toleransi bagi umat di Kabupaten yang berbatasan darat dengan distrik Oekusi Timor Leste.***
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait