JAKARTA, iNewsTTU.id- Romo Magnis Suseno viral usai menjadi saksi ahli Filsafat Moral untuk meringankan terdakwa Bharada E dalam kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan sejumlah polisi.
Ia diminta oleh tim kuasa hukum Bharada E karena bidang ilmunya mampu menjelaskan keadaan moral Bharada E saat menerima perintah penembakan oleh atasannya mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo hingga berujung tewasnya Brigadir J pada waktu itu.
Romo Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ merupakan Guru Besar Filsafat Driyarkara dan Pastor Katolik yang melahirkan sejumlah karya di bidang filsafat dan teologi.
Nama kecilnya Franz Graf von Magnis. Romo Magnis menambahkan nama 'Suseno' di belakang namanya setelah ia resmi menjadi warga negara Indonesia menjadi Franz Magnis-Suseno hingga dikenal sekarang.
Dikutip dari parokihmtbcicurug.com, Romo Franz lahir pada tanggal 26 Mei 1936 di Eckersdorf, waktu itu termasuk Jerman, dari pasangan Ferdinand Graf von Magnis dan Maria Anna Gräfin von Magnis né Prinzessin zu Löwenstein.
Sesudah lulus gymnasium di Kolese Yesuit di St. Blasien pada tahun 1955, Romo Magnis masuk Ordo Serikat Yesus (Yesuit).
Sesudah studi filsafat di Pullach Romo Magnis, pada tahun 1961 pindah ke Indonesia. Di sana ia belajar bahasa Java dan bahasa Indonesia di Girisonta, Jawa Tengah.
Pada tahun 1964 sampai tahun 1968 Romo Magnis studi teologi di Yogyakarta hingga pada tahun 1967 ditahbiskan menjadi imam Katolik oleh Kardinal Justinus Darmojuwono.
Tidak berselang lama, pada 1968 Romo Magnis ditugaskan ikut membangun suatu tempat studi filsafat di Jakarta yang kemudian diberi nama Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara yang diambil dari nama alm. RP. Prof. Dr. Nicolaus Drijarkara, SJ.
Sekolah Tinggi itu membuka kuliahnya 1969 dengan delapan mahasiswa. Sekarang jumlah mahasiswa hampir 400, baik di tingkat sarjana, magister maupun doktor.
Tahun 1971 sampai tahun 1973 studi doktor di Ludwig-Maximilian-Universitas di München dan dipromosi dengan disertasi tentang Karl Marx.
Romo Magnis kemudian memberi kuliah tentang etika dan filsafat politik dan berjabat sebagai sekretaris eksekutif di STF Driyarkara.
Sejak tahun 1975 juga mengajar di Universitas Indonesia dan kemudian selama sembilan tahun di Universitas Katolik Parahyangan di Bandung.
Sementara itu pada tahun 1977, Magnis memperoleh kewarganegaraan Indonesia dan sejak itu menamakan diri Franz Magnis-Suseno.
Beberapa kali ia memberi kuliah tentang etika Jawa selama satu semester di Geschwister-Scholl-Institut Universitas Ludwig-Maximilian dan di Hochschule für Philosophie di München) dan di Fakultas Teologi Universitas Innsbruck.
1988 sampai 1998 ia menjabat sebagai Ketua STF Driyarkara dan 1995 - 2005 sebagai Direktur Program Pascasarjana yang menawarkan studi magister dan doktor.
Tahun 2000 ia diterima sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2002 ia menerima Doktor honoris causa dari Fakultas Teologi Universitas Luzern (Swis).
Tahun 2008-2017 ia menjabat sebagi Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Driyarkara, penyelenggara STF Driyarkara.
Magnis-Suseno banyak memberi prasaran dan ceramah, muncul dalam talkshows di TV dan aktif dalam dialog antar agama.
Sampai sekarang menulis lebih dari 700 karangan populer maupun ilmiah serta 44 buku, kebanyakan dalam bahasa Indonesia, terutama di bidang etika, filsafat politik, alam pikiran Jawa dan filsafat ketuhanan.
Di antara pelbagai penghargaan yang diterimanya terdapat Das große Verdienstkreuz des Verdienstordens dari Republik Federasi Jerman di tahun 2001 dan di tahun 2015 Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Republik Indonesia.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait