get app
inews
Aa Text
Read Next : Ada Bantuan Peti Jenazah Gratis untuk Keluarga Duka dari Pemda TTU, Begini Syaratnya

Tak Ada Pilihan Lain, Ratusan Warga Kampung Papin TTU dan Ternak Andalkan Air Embung

Senin, 10 November 2025 | 19:32 WIB
header img
Lukas Abi, warga RT 40 Kampung Papin, Kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu saat mengambil air di Embung. Foto iNewsTTU.id/Sefnat Besie, Senin, 10/11/2025

KEFAMENANU, iNewsTTU.id – Di tengah terik matahari siang, sejumlah warga Kampung Papin, Kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu, tampak bergantian mengantre di tepi embung kecil. Dengan jeriken dan ember seadanya, mereka menimba air berwarna kecoklatan untuk dibawa pulang. Air itu bukan hanya untuk mencuci dan mandi, tetapi juga menjadi satu-satunya sumber minum bagi hampir 300 jiwa di wilayah itu.

Selama bertahun-tahun, sekitar 50 kepala keluarga di RT 40 dan RT 41 mengandalkan air embung untuk kebutuhan sehari-hari. Pada musim kemarau, air embung memang masih bisa digunakan. Namun saat musim hujan tiba, air menjadi keruh dan berlumpur, membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih. Tak jarang, mereka terpaksa mengonsumsi air kotor dan mengalami gangguan kesehatan seperti sakit perut.

“Kadang kami minum air dari embung ini juga karena tidak ada pilihan lain. Kalau hujan, airnya kotor sekali, jadi kami tunggu lumpurnya turun baru ambil,” ujar Lukas Abi, warga RT 40, saat ditemui di lokasi embung, senin siang, 10/11/2025.

Ketua RT 41 Kelurahan Tubuhue, Gabriel Manunain, mengatakan persoalan air bersih sudah menjadi keluhan lama warga. Ia berharap pemerintah dapat membantu melalui pembangunan sumur bor.

“Kami sangat butuh air bersih. Dari dulu kami hanya minum dari embung ini. Kalau bisa, pemerintah bantu kami dengan sumur bor supaya tidak susah lagi,” katanya.

Sementara itu, Maria Filiana Tahu, anggota DPRD Kabupaten TTU dari Partai Gerindra, mengatakan bahwa persoalan air bersih menjadi aspirasi utama masyarakat saat dirinya melakukan reses di Kampung Papin beberapa waktu lalu.

“Banyak masukan yang kami terima, terutama soal air bersih. Warga hanya punya satu bak penampung, jadi harus antre. Kalau air dari embung kotor, mereka tunggu lama sampai lumpurnya mengendap baru bisa dipakai,” ujarnya.

Selain air, warga juga mengeluhkan kondisi jalan kampung yang rusak berat dan licin saat hujan. Jalan tersebut merupakan bekas rabat beton yang sudah bertahun-tahun tak diperbaiki dan sering menyebabkan kecelakaan kecil.

Menanggapi hal itu, Maria menegaskan bahwa hasil reses akan menjadi bahan pembahasan dalam sidang induk DPRD mendatang. Ia berkomitmen memperjuangkan aspirasi masyarakat, meski proses anggaran membutuhkan waktu dan tahapan.

“Pemerintah tentu punya mekanisme penganggaran yang bertahap. Tapi kita tetap dorong agar segera diperhatikan,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Maria juga mengajak masyarakat untuk tetap menjaga semangat gotong royong sambil menunggu intervensi pemerintah.

“Air dan jalan ini kebutuhan vital. Jadi mari kita hidupkan kembali budaya gotong royong. Kita bisa mulai dari hal kecil untuk meringankan beban bersama,” ujarnya.

Hasil reses tersebut akhirnya menghasilkan kesepakatan bersama untuk melakukan kerja bakti memperbaiki jalan sepanjang 500 meter dan membangun satu unit bak penyalur air dengan swadaya masyarakat.

Sehari setelah kegiatan reses berakhir, warga yang dipimpin oleh Sekretaris RT dan tokoh masyarakat langsung turun ke lapangan memperbaiki jalan menuju embung agar akses lebih mudah, terutama saat musim hujan.

Editor : Sefnat Besie

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut