Sejarah Bukan Opsi: Pentingnya Menjaga Nama dan Jati Diri Budaya

Robertus Salu, SH., MH
Anggota DPRD Kabupaten Timor Tengah Utara dan Praktisi Hukum Provinsi Nusa Tenggara Timur
SEBAGIAN besar dari kita (mungkin) pernah membaca kutipan pengingat yang disematkan pada Karl Marx. Jauhkan masyarakat dari sejarahnya dan mereka akan mudah dikendalikan. Pengingat ini bisa saja benar. Hampir bisa diterima mengingat derasnya arus informasi setiap detik menghadirkan tiga tipe manusia berbeda dengan satu kesamaan.
Kelompok yang tidak membaca, tidak melihat/mengamati dan tidak mendengarkan. Tetapi ketiganya mudah berkomentar. Sebagian mudah menghakimi, mengutuk bahkan memberi ‘nama baru’ ketika sedang memiliki kendali. Dampak yang paling mengenaskan dari ketiganya adalah tidak memahami tentang asal-usul diri, menolak sejarah diri dan menciptakan sejarah sendiri dengan manipulasi cerita.
Pada tahun 1852 Marx menulis satu monografi brilian berjudultentang pentingnya sejarah. Ia memberi satu refleksi penting begini. Manusia membuat sejarahnya sendiri, tetapi mereka tidak membuatnya sesuka hati; mereka tidak membuatnya dalam situasi yang mereka pilih sendiri, tetapi dalam situasi yang telah ada, diberikan dan ditransmisikan dari masa lalu.
Memahami masa lalu menjadi kompas bagi satu kelompok untuk menavigasi masa kini dan membentuk masa depan mereka. Tanpa pengetahuan tentang sejarah, masyarakat sangat rentan terhadap manipulasi dan kontrol oleh mereka yang berkuasa.
Editor : Sefnat Besie