Rise and Speak, Polri Ajak Warga NTT Lawan Kekerasan dan Perdagangan Orang

KUPANG,iNewsTTU.id-- Direktorat Tindak Pidana Pelindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan Pemberantasan Perdagangan Orang (PPO) Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia menggelar kampanye Nasional bertajuk 'Rise and Speak: Berani Bicara, Selamatkan Sesama' di Ballroom Hotel Harper Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu, 21 Mei 2025. Kampanye ini mengajak seluruh masyarakat untuk berani berbicara dan mencegah tindak pidana kekerasan terhadap perempuan dan anak serta perdagangan orang.
Wakil Direktur Tindak Pidana PPA dan PPO, Komisaris Besar Polisi Enggar Pareanom mengatakan, Indonesia saat ini tidak hanya menghadapi kejahatan konvensional, tapi kekerasan berbasis gender dan seksual serta perdagangan orang yang menyasar perempuan, anak, ada remaja. "Kami hadir di tengah masyarakat Kupang, Nusa Tenggara Timur melalui lewat kampanye Rise and Speak, untuk menerapkan budaya baru yakni budaya keberanian untuk bersuara," kata Enggar.
Enggar menegaskan, Rise and Speak bukan hanya slogan, tapi panggilan untuk berani bicara melawan rasa takut dan tekanan untuk selamatkan sesama menuju perubahan. "Karena satu suara bisa menyelamatkan jiwa dan keadilan perlu diperjuangkan," ujarnya.
Dalam kampanye ini lebih difokuskan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenali tanda-tanda kekerasan dan ke mana harus melapor; penguatan kapasitas aparat dan komunitas untuk penyidikan bersama kemitraan lintas sektor; dan kolaborasi strategis yang melibatkan banyak pihak, karena tidak bisa hanya ditangani oleh penegak hukum.
"Kehadiran kita semua di sini merupakan bentuk nyata dukungan terhadap upaya gerakan ini," ujarnya. Jadi kampanye ini bukan akhir dari perjuangan, tapi awal dari komitmen jangka panjang yang harus terus kita jaga dan kembangkan."
Selain itu, sebagai bentuk nyata dalam semangat kebersamaan melawan tindak kekerasan kepada perempuan dan anak serta perdagangan orang, dilakukan penandatanganan deklarasi bersama oleh pejabat terkait dan seluruh masyarakat. "Deklarasi ini menjadi landasan komitmen moral dan sosial kita bersama untuk menciptakan lingkungan yang aman, adil, dan bebas dari segala bentuk kekerasan," kata Enggar.
Ketua Forum Silaturahmi Kerajaan Nusantara Brigadir Jenderal Polisi (Purnawirawan) A.A Mapparessa, mengapresiasi kampanye Rise and Speak yang diinisiasi oleh Polri, karena ini sangat bermanfaat untuk bangsa dan generasi penerus. Apalagi, kegiatan ini mengajak kepada anak-anak dan masyarakat untuk berani bicara jika mengalami atau melihat tindak kekerasan dan perdagangan orang.
"Jadi kegiatan seperti ini harus dilanjutkan di provinsi lainnya, untuk mempersiapkan generasi penerus seperti syair 'Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya'," ujarnya.
Adapun, Psikolog dan dosen Prodi Bimbingan Konseling Undana Kupang Andriyani E. Lay, berpesan bahwa masyarakat jangan menormalisasikan sebuah bentuk kekerasan dengan alasan tidak ingin ikut campur masalah orang lain atau takut. "Jadi budaya kekerasan ini adalah suatu budaya yang dapat kita pelajari, maka kita juga bisa mempelajari untuk menciptakan budaya baru yang empatik, hangat, dan aman untuk tumbuh kembang anak," kata Andriyani.
Seluruh masyarakat yang terdiri dari orang tua, mahasiswa, dan anak-anak hadir langsung dalam kampanye ini. Mereka tampak antusias mengikuti diskusi dengan dilanjutkan untuk bertanya.
Untuk anak-anak juga disiapkan kids corner. Di sana anak-anak diberikan edukasi bagian tubuh yang tidak boleh dipegang orang lain atau lawan jenis oleh para polisi wanita (Polwan) yang membawa boneka tangan. Polwan pun sangat ramah bernyanyi dan bercerita kepada anak-anak.
Ada juga Pojok Konsultasi dan Pojok Lapor Bu Polwan, yang disediakan untuk masyarakat yang ingin melapor atau mengadukan kasus yang terjadi di sekitarnya, karena mengarah kepada tindak kekerasan seksual dan perdagangan orang.
Editor : Sefnat Besie