Pengakuan Warga Manusak Berbeda dengan Klaim BBKSDA dalam Kasus Penganiayaan di Hutan Bipolo

KUPANG,iNewsTTU.id-- Enam warga Desa Manusak, Kabupaten Kupang, mengaku mengalami tindakan penganiayaan oleh aparat Polisi Kehutanan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) saat penangkapan di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) Bipolo, Desa Bipolo, Kecamatan Sulamu. Peristiwa ini terjadi pada Rabu, 19 Februari 2025, sekitar pukul 23.30 WITA.
Salah satu korban, Supri, menuturkan bahwa kejadian bermula saat mereka sedang memuat kayu, lalu didatangi petugas yang mengendarai sepeda motor KLX milik kehutanan. Tanpa peringatan, para petugas langsung melakukan tindakan kekerasan.
"Saat petugas tiba, mereka langsung berteriak dan memukul saya di bagian rusuk. Kemudian, mereka juga menyerang teman-teman saya dengan pukulan dan tendangan. Tak lama setelah itu, sebuah mobil Avanza yang membawa lebih banyak petugas tiba di lokasi," ujar Supri, yang didampingi lima korban lainnya saat ditemui di Desa Manusak, Sabtu (22/2/2025).
Setibanya mobil Avanza, salah satu petugas bersenjata laras panjang mengokang senjata dan melepaskan tembakan peringatan sembari memerintahkan semua warga untuk tiarap.
"Mereka turun dari mobil, lalu seorang petugas menembak ke udara dan berteriak menyuruh kami tiarap. Dalam posisi itu, mereka memerintahkan kami merentangkan tangan ke depan dan kaki lurus ke belakang. Saat itulah penganiayaan mulai terjadi," tutur Supri.
Korban lainnya, Pace, yang berasal dari Papua, mengungkapkan bahwa mereka mengalami pemukulan, injakan, serta ikatan tali pada tangan mereka.
"Saat kami dalam posisi tiarap, petugas mulai memukul kami dengan tangan, menendang perut, menginjak tangan, bahkan kepala saya diinjak dengan sepatu. Setelah itu, tangan kami diikat dengan tali gewang," kata Pace.
Editor : Sefnat Besie