Buwas menyimpulkan data yang diungkapkan tidak sesuai dengan fakta.
"Saya simpulkan artinya data dan fakta itu tidak sejalan dari penjelasan itu?," saut Ansy Lema.
"Iya," dijawab langsung oleh Buwas.
Sebelumnya, dia mengatakan bahwa pihaknya memang mendapatkan data stok beras dari Kementan sebanyak 600 ribu ton itu. Namun, faktanya di lapangan, pihak penggilingan tidak berani kontrak dengan Bulog sebanyak itu.
Buwas mencontohkan, ada penggilingan yang disebut memiliki stok sebanyak 30 ribu ton, tetapi ketika diverifikasi hanya memiliki stok 3 ribu ton. Sehingga, Buwas bersama tim penyelidik akan melakukan pengecekan ulang.
"Jadi kita cek ulang, soalnya siapa tahu dia (penggilingan) yang bohong," tuturnya.
Selain itu, ia membeberkan ada pihak yang menyuruh penggilingan menaikan harga.
Misalnya, ketika penggilingan sudah meneken kontrak dengan harga Rp 10.200 per kilogram, penggilingan tiba-tiba menaikan harga menjadi Rp 11 ribu per kilogram.
Namun Buwas belum mau membocorkan siapa pihak yang menyuruh mengerek harga beras itu.
"Kita dapat data yang banyak itu tapi sementara dia tidak berani kontrak sebanyak itu dengan kita. Jadi kita cek ulang, soalnya siapa tahu dia yang bohong. Maka di sini ada Satgas pangan terlibat. Karena sebagian besar mereka sudah kontrak dengan Bulog untuk mensuplai," bebernya.
Buwas menuturkan, supaya masalah beras ini clear, pihaknya akan mengecek di lapangan bersama tim yang melibatkan Satgas Pangan TNI, Dinas dan seluruhnya yang berkaitan, masyarakat bahkan petani.
"Supaya ini clear, jadi saya tidak mau bermain-main dengan masalah beras ini. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, tapi ini adalah pertanggungjawaban saya sebagai Dirut Bulog di mana harus punya minima 1 juta ton," pungkasnya.
Editor : Sefnat Besie