KEFAMENANU, iNewsTTU.id- Pengadaan ternak babi di Desa Bijeli, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), diduga bermasalah pasalnya pengadaan ternak babi tidak sesuai prosedur dan penetapan bersama masyarakat dengan menggunakan dana desa.
Pengadaan ternak babi yang seharusnya berjenis babi pedaging sesuai yang direncana dengan besaran harga Rp1.500.000 namun ternyata Pemdes Bijeli lakukan pengadaan ternak babi lokal. Ternak babi lokal itu, katanya, dibeli dari Kupang.
"Saya hanya prihatin saja dengan Pemdes Bijeli yang bagikan anak babi yang tidak layak kepada masyarakat, karena anak babi yang di bagikan belum bisa makan dan babi yangg di bagikan harusnya babi pedaging tapi yang bagikan adalah babi lokal," ujar salah satu warga yang tidak ingin namanya disebutkan lewat WhatsApp pada Selasa, (29/11/2022).
Menurutnya, sudah lebih dari 5 ekor ternak babi lokal yang baru saja dibagikan 3 hari lalu mati dan diduga penyebab kematian anak babi tersebut dikarenakan ternak babi yang dibagikan hampir mati dan masih menyusui sehingga belum bisa makan sendiri serta hampir mati saat hendak dibagikan.
Namun, ujarnya lebih lanjut, dengan kematian mendadak ternak babi lokal itu, Pemdes Bijeli menyarankan agar anak babi lokal diberikan susu berjenis dancow.
"Sudah ada 5 ekor yang mati karena babi masih susu dari induknya. Makanya dari desa sarankan untuk masyarakat belikan susu dancow kasih minum anak babi," ungkapnya.
Ia menjelaskan, selain anak babi yang tidak layak untuk pengadaan, tempat penampungan dirumah Kaur Keuangan Desa Bijeli Juan Boisala tidak diperbolehkan untuk masyarakat lihat dan memilih sendiri ternak babi yang diinginkan.
"Ada yang sudah dibagikan 3 hari lalu dan ada yang baru dibagikan kemarin. Ternak babi yang mau dibagikan juga mereka (Pemdes Bijeli) sembunyikan tempat tampungan," jelasnya.
Menanggapi hal tersebut Penjabat Kepala Desa Bijeli Fransiskus Kosat membenarkan adanya sejumlah kematian ternak babi dan pihaknya berjanji akan menggantikan ternak babi yang mati kepada masyarakat pada tahap berikutnya pada bulan Desember mendatang.
Nanun dirinya membantah jika babi yang dibeli dengan harga Rp.1.500.00 dan per ekor Rp1.300.000 dengan total anggaran yang dikucurkan kurang lebih Rp135,2 juta.
Dirinya menjelaskan sebanyak 104 ternak babi hasil pengadaan bersumber dari anggaran dana desa tahun 2022 dan ditujukan kepada sejumlah penerima bantuan yang dianggap kurang mampu.
"Benar ada 5 ekor babi yang mati. Sudah 99 ekor babi yang dibeli dan sisa 5 ekor babi sehingga total bantuan ini sebanyak 104 ekor dan 1 ekor per kepala keluarga (KK)," jelas Fransiskus yang dikonfirmasi wartawan di rumahnya, Selasa, (29/11/22).
Namun, jelasnya lebih lanjut, pihaknya hanya akan menggantikan ternak babi yang mati dalam jangka waktu 3 hari berdasarkan pembacaan himbauan dan yang melebihi batas waktu tersebut akan dipertimbangkan.
"Pemdes akan menggantikan anak babi bantuan yang mati didalam jangka waktu jaminan 3 hari sehingga yang sudah lewat dari masa jaminan 3 hari ini masih di pertimbangkan karena sebelum pembagian juga sudah dibacakan," tutup Fransiskus
Editor : Sefnat Besie