Yayasan Pantau Gandeng Atase Pers Kedubes AS Buka Pelatihan Jurnalisme di Kupang NTT

Bagi Janet Steele, ini adalah kunjungannya kembali ke Indonesia setelah negara-negara memberlakukan pembatasan kunjungan ke Indonesia pada 2019 lalu. Sebelumnya dia rutin mengisi kelas Jurnalisme Sastrawi-sebutan lain untuk jurnalisme narasi- bersama Andreas Harsono, pendiri Yayasan Pantau di Jakarta.
“Kami sangat menghargai kedatangan Janet kembali untuk mengajar di kelas-kelas Pantau. Pada saat bersamaan kelas pertama di Kupang, rumah Janet di Sanibel terkena topan Ian. Kita ikut sedih dan dia tentu cemas dengan dengan rumahnya di Sanibel,” kata Andreas.
Di Kupang kelas ini ditaja bersama Institute of Resource Governance and Social Changes (IRGSC). Ardy Milik, peneliti junior dari IRGSC berharap hadirnya kelas jurnalisme narasi di Kupang, dapat memberi warna baru dalam cerita-cerita faktual tentang Nusa Tenggara Timur, yang belum tersampaikan ke publik.
“Kolaborasi Pantau dan IRGSC adalah bentuk dukungan dalam memajukan kualitas jurnalisme di wilayah Indonesia timur terutama Nusa Tenggara Timur,” katanya.
Dia berharap, terselenggaranya program ini mampu meningkatkan kapasitas jurnalis dan penulis baik secara personal maupun komunitasnya. Terutama dalam menyuarakan isu demokrasi, minoritas dan hak asasi manusia.
Elfika Karwayu, mahasiswa Universitas Nusa Nipa Indonesia dari Maumere menilai kelas jurnalisme narasi ini memberinya pengetahuan baru.
“Kelas ini adalah pengalaman luar biasa bagi saya. Tentu saya akan bagikan ilmunya kepada teman-teman mahasiswa di Maumere,” kata Fika.
Yayasan Pantau telah memulai kelas-kelas Jurnalisme Narasi maupun Jurnalisme Sastrawi, sejak 2001. Materi dalam kelas ini mengikuti gerakan Tom Wolfe yang menggabungkan disiplin jurnalisme, riset dan daya pikat sastra.
Editor : Sefnat Besie