get app
inews
Aa Read Next : Marthen Dira Tome Intens Jajaki Kerjasama dengan Pemodal untuk Investasi di Sabu Raijua

Ini Dia, Tukang Ojek yang Sukses Bangun Usaha Kelor

Kamis, 08 September 2022 | 12:51 WIB
header img
Eduardus Seran Klau, Tukang Ojek yang sukses bangun Usaha Kelor. Foto: iNewsTTU.id/eman Suni.

KUPANG, iNewsTTU.id--Upaya mengatasi Stunting melalui program Kelornisasi, Pemerintah Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil memunculkan sejumlah pengusaha baru, baik pada tingkatan Petani, maupun pengelola kelor.

Eduardus Seran Klau (36) memutuskan merantau ke Pulau Sumba NTT pada 1996. Pria asal Kabupaten Malaka, itu ingin mengubah nasibnya di tanah seberang. 

Bermodal semangat untuk maju, Eduardus yang merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) pun mulai menggeluti usaha di perantauan. Dia menjadi tukang ojek dan penjual ikan. 

Waktu terus berjalan, Eduardus merasa ada tuntutan untuk mencari penghasilan lebih setelah menikah dan dikaruniai seorang putri. 

Eduardus terus mencari usaha yang bisa menyejahterakan keluarga. Hingga akhirnya pada 2018, dia mengenal usaha daun kelor.

Menanggapi program Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat tentang  penanaman kelor di seluruh desa di NTT. Dari situ, Eduardus, melihat peluang 


"Akhirnya saya coba pelajari bagaimana caranya pengolahan kelor ini. Maka dapatlah channel YouTube dari guru besar saya pak Dedi Krisnadi dari Dapur Kelor," kata Eduardus kepada Mnc media, Kamis (8/9/2022).

Dari chanel YouTube tersebut, Eduardus mulai belajar membuat serbuk kelor dalam skala kecil. Lantas, serbuk kelor buatannya dijual. Tanpa disangka-sangka, ternyata laku. 

"Mungkin juga ada yang beli karena kasihan. Saya terus berjalan tapi dengan satu keyakinan suatu saat akan jadi besar," katanya.

Hasil Olahan Eduardus, mulai dipresentasikan ke pihak Desa, sebagai salah satu nutrisi tambahan untuk penangan Stunting.

"Awalnya saya datang ke pihak desa menyampaikan nutrisi dan kandungan yang ada di dalam keler", pungkas Eduardus.


Pihak Desa mulai memesan dan kini Eduardus sudah bekerja sama dengan puluhan Desa di seluruh daratan Sumba.

Usaha kelor ini melai berkembang, setelah mendapat pendampingan dari Dekranasda NTT, dan Dapur kelor.

"Saya dapat bantuan dari Dekranasda NTT 1 unit mesin pengering dan mesin spinner 1 unit, 1 unit mesin penepung dan 1 unit mesin pengemasan. Bantuan itu membuat saya lebih semangat lagi dalam bekerja terkait kelor," kata Eduardus.

Eduardus pun mendirikan perusahaan dengan nama PT Kelor Marada.

Untuk mendukung usaha ini, Eduardus mulai membangun kebun, dan meminta para kelompok Tani untuk membuat kebun kelor.

Eduardus kemudian fokus untuk meyakinkan kelompok-kelompok yang percaya dengan manfaat kelor dalam penanganan stunting.

Dari kegigihan dalam melakukan presentasi ia mendapat respons positif dari beberapa desa.


Usaha kelor mulai mengubah nasibnya. Kini dia bisa lebih tenang soal ekonomi rumah tangga. 

Omzet usaha kelornya kini mencapai 50 juta Rupiah lebih dalam setiap bulan.

Dulunya tinggal di rumah bebak  kini Eduardus sudah bangun rumah permanen dan satu rumah produksi kelor, serta telah membeli satu unit mobil operasional, dan semua ini dari hasil kelor.

Editor : Sefnat Besie

Follow Berita iNews Ttu di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut