Jakarta, iNewsTTU.id - Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, merayakan Hari Raya Idulfitri. Di Indonesia, perayaan ini lebih akrab disapa dengan istilah "Lebaran."
Namun, di balik kemeriahan dan tradisi yang melekat, Idulfitri memiliki makna yang jauh lebih dalam, yaitu sebagai momentum refleksi diri, ungkapan rasa syukur, dan kegembiraan atas kemenangan melawan hawa nafsu.
Melansir dari berbagai sumber, termasuk Nahdlatul Ulama (NU), Idul Fitri bukan sekadar pesta dengan pakaian baru. Meskipun mengenakan pakaian baru disunnahkan, esensi sebenarnya terletak pada upaya setiap Muslim untuk melakukan introspeksi dan kembali kepada fitrah Islamiyah.
Puasa Ramadan diharapkan menjadi proses pembersihan diri dari dosa dan kesalahan, yang kemudian disempurnakan dengan menunaikan zakat fitrah sebagai wujud syukur dan kepedulian sosial, serta saling memaafkan atas segala khilaf.
Secara etimologi, Idulfitri berasal dari bahasa Arab, yaitu kata ‘id’ yang berarti kembali, dan ‘al-fitri’ yang memiliki dua makna: suci dan berbuka. Suci merujuk pada kondisi bersih dari dosa dan keburukan setelah Ramadan, sementara berbuka didasari oleh sunnah Rasulullah SAW yang selalu menyantap beberapa kurma sebelum melaksanakan shalat Id.
Di Indonesia, istilah "Lebaran" telah menjadi identitas kuat bagi perayaan Idul Fitri. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikannya sebagai hari raya umat Islam pada tanggal 1 Syawal setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan.
Kendati populer, asal-usul kata "Lebaran" masih menjadi perdebatan. Sastrawan M.A. Salamun pada era 1960-an berpendapat bahwa istilah ini berasal dari tradisi Hindu yang berarti selesai atau habis, menandakan berakhirnya masa puasa.
Pendapat lain mengaitkannya dengan kata "lebar" yang bermakna luas atau lapang, sebagai metafora untuk saling berlapang dada dan memaafkan. Terlepas dari asal-usulnya yang belum pasti, istilah "Lebaran" tidak dikenal dalam bahasa Arab, menunjukkan kuatnya pengaruh budaya lokal dalam penamaan perayaan ini.
Selain makna mendalamnya, Idul Fitri di Indonesia juga diwarnai dengan berbagai tradisi unik yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi-tradisi ini menambah kekayaan budaya dan mempererat tali persaudaraan antar sesama Muslim. Beberapa tradisi Idul Fitri yang masih lestari di Indonesia antara lain:
Mudik: Tradisi pulang kampung menjadi fenomena tahunan menjelang Idul Fitri. Jutaan perantau kembali ke kampung halaman untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar.
Ketupat: Hidangan khas Lebaran yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda ini selalu hadir di meja makan. Biasanya disajikan dengan opor ayam, rendang, gulai, dan berbagai lauk pauk lezat lainnya.
Malam Takbiran: Malam menjelang Idul Fitri dirayakan dengan mengumandangkan takbir secara bersama-sama. Di berbagai daerah, takbiran seringkali diiringi dengan pawai obor atau tabuhan bedug yang meriah.
Ziarah Kubur: Tradisi mengunjungi makam keluarga dan leluhur, biasanya dilakukan sebelum atau sesudah shalat Id. Masyarakat sering membawa bunga atau kemenyan saat berziarah.
Parcel atau Hampers Lebaran: Bertukar hadiah berupa parcel atau hampers berisi makanan, minuman, atau barang lainnya telah menjadi tradisi yang populer sebagai bentuk berbagi kebahagiaan.
Salam Tempel (THR): Anggota keluarga yang lebih tua dan memiliki penghasilan biasanya memberikan amplop berisi uang kepada anak-anak sebagai tanda kasih sayang dan kegembiraan menyambut hari raya.
Halal bi Halal: Tradisi silaturahmi dari rumah ke rumah pada hari pertama dan kedua Idul Fitri menjadi momen penting untuk saling bermaafan, mempererat tali persaudaraan, dan merayakan hari kemenangan bersama.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait