Ketika ditanya mengapa memilih bahan baku Itu sayur- sayuran dan lainnya, ia mengatakan karena komposter untuk memproduksi pupuk padat dan pupuk cair ialah dengan bahan baku sampah rumah tangga, seperti sayuran yang tidak terpakai lagi, buah-buahan dan kulitnya yang tidak terpakai, cangkang telur, kulit bawang dan lainnya untuk menghasilkan pupuk padat dan cair tersebut.
" Setelah sudah ada hasil dari komposter ini yaitu pupuk padat dan cair, saya rencana mau melakukan uji laboratorium terlebih dulu untuk memsatikan komposisinya, tapi kalau dari pendahulu, yang saya adopsi teknologinya ini, pupuk ini cair dan padat ini bisa untuk berbagai macam tanaman, bisa untuk sayuran, bunga, pepohonan dan lainnya," Tambahnya.
Sementara itu ketua kelompok INA AMA, Ros Kase mengatakan teknologi ini sangat murah dan mudah diterapakan di setiap rumah tangga karena pastinya setiap keluarga mempunyai sampah rumah tangga, apalagi sekarang pupuk agak sulit didapatkan, bahkan ketua RT di wilayahnya siap mengumpulkan warganya, khususnya para petani yang menanam sayuran di sekitar sungai agar menggunakan pupuk cair dan padat ini karena sangat mudah di buat dan diaplikasikan pada tanaman.
"Sangat bagus kakak, teknologinya sangat murah dan bahannya mudah didapat, apalagi setiap keluarga mempunyai sampah rumah tangga, daripada dibuang lebih baik dijadikan pupuk organik untuk tanaman, semua anggota sangat respect dengan hal ini, apalagi pupuk kadang mahal dan sulit didapat, kami sudah memberitahu ketua RT dan beliau akan kumpulkan warga, khususnya warga yang menanam sayur di bantaran sungai, untuk disosialisasikan penggunaan pupuk cair dan padat hasil adopsi teknologi dari ibu Nur," Pungkasnya.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait