JAKARTA, iNewsTTU.id--Wakil Ketua Perpadi (Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia), Billy Harianto, menjelaskan bahwa kenaikan ongkos produksi beras saat ini turut mendorong kenaikan harga beras di tingkat konsumen.
"Biaya produksi mahal," ujar Billy saat dihubungi MNC Portal, Sabtu (8/6/2024).
Billy mengungkapkan bahwa kenaikan ongkos produksi terutama disebabkan oleh naiknya harga gabah di tingkat penggilingan, yang kini mencapai Rp6.500/kg. Dengan harga gabah tersebut, harga beras yang sampai di pedagang eceran bisa mencapai sekitar Rp13 ribu per kilogram.
Selain itu, kenaikan harga pupuk juga berkontribusi pada mahalnya ongkos produksi. Ketersediaan air yang berkurang akibat musim kemarau, terutama karena fenomena El Nino, turut mempengaruhi produktivitas pertanian.
Data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan bahwa volume tampungan bendungan di Pulau Jawa berkurang sekitar 19%, atau sebesar 981,5 juta meter kubik air.
Penurunan volume air ini mengkhawatirkan karena mengurangi pasokan air untuk irigasi, sehingga luas lahan yang dapat diairi pada musim tanam pun berkurang. "Air susah, di sini (Jawa Tengah) sudah mulai masuk kemarau lagi," ujar Billy.
Kondisi ini menambah tantangan dalam menjaga stabilitas harga beras di tengah meningkatnya biaya produksi dan terbatasnya sumber daya air.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait