OPINI: Pinjaman Daerah, Solusi atau Masalah?

Fabianus Benge
Andre Koreh Ketua Persatuan Insinyur Indonesia Wilayah NTT.Foto: istimewa


         
Namun secara normatif , fenomena  kerusakan dini pada pembangunan jalan Provinsi yang menyedot fiskal daerah terbesar untuk kewajiban membayar pinjaman, dimana jalan yang sudah terbangun  mengalami kerusakan dini sepanjang 348,14  km atau menurun drastis sebesar 12,99 % dalam waktu hanya 1 tahun memberi dampak serius.

Antara lain terganggunya distribusi barang dan jasa dari dan ke pusat produksi , sehingga memberi  efek domino pada menurunnya PAD , mengganggu fiskal daerah yang pada gilirannya berakibat menurunnya kemampuan Pemda NTT membayar kewajiban cicilan dan pokok pinjaman daerah atau bahkan bisa berakibat terjadinya tunggakan.  
           
Dan jika terjadi tunggakan maka berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 121/PMK.07/2017 tentang Tata Cara Penyelesaian Tunggakan Pinjaman Pemerintah Daerah akan dilakukan Pemotongan DAU dan/atau DBH secara langsung oleh Pemeritntah Pusat .

Hal ini tentunya sangat mengganggu cashflow Pemda dalam membiayai aktifitas pelayanan publik lainnya.
            
Kondisi kerusakan dini jalan Provinsi seperti diatas dapat terjadi dalam 3 tahapan pembangunan, yakni Tahap Perencanaan , Tahap Pelaksanaan dan Tahap Pemeliharaan .

Pada tahapan perencanaan ; Pendekatan perencaaan yang digunakan adalah untuk pencapaian target janji politik kepala daerah yakni kondisi jalan Provinsi harus dalam kondisi mantap 100 % dalam 3 tahun. Dan karena anggaran terbatas, pilihan konstruksi yang diambil adalah Grading Operatian / GO ( perbaiki lapis permukaan jalan dengan hamparan  pasir dan batu/ sirtu ) agar mencapai target panjang, asal dapat dilalui kendaraan dengan  kecepatan rendah sampai sedang.  Pilihan konstruksi jenis ini boleh saja dilakukan dengan catatan pada tahun anggaran berikutnya harus segera diikuti dengan penutupan lapis permukaan ( overlay) dengan lapis permukaan beraspal yang permanent. Jika tidak dilakukan , hampir pasti umur rencana tidak tercapai dan jalan dengan konstruski GO akan mudah rusak dimana kondisinya kembali seperti belum pernah ditangani alias kondisinya kembali 0 %.

Inilah dugaan sebagai faktor utama yang mengakibatkan 348,14 km kondisi jalan cepat berubah menjadi rusak walau baru 1 thn dikerjakan. Biasanya  segmen GO ini tidak terlalu panjang agar tahun berikutnya  segera di overlay. Namun jika kebijakannya untuk kejar target panjang maka, membiarkan jalan dengan konstruksi GO dalam waktu panjang sangat berisiko menjadi rusak total.

Editor : Sefnat Besie

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network