Tanoto Foundation, BKKBN NTT dan Jurnalis Mengurai Masalah Stunting di Desa Sillu

Rudy Rihi Tugu
Tanoto Foundation kolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTT dan Jurnalis melihat kondisi stunting di Desa Sillu, Kec. Fatuleu, Kab.Kupang. Foto : Ist

Arnoldus Paut, Program Manager kemitraan BKKBN dari Tanoto Foundation mengatakan lewat kegiatan inu diaharapkan para jurnalis mampu menganalisis masalah langsung dari narasumber yakni masyarakat yang anaknya beresiko stunting atau stunting, guna mendapat data, memberikan saran dan masukan, lalu membuat berita yang mampu memberikan dampak masif bagi pembaca agar tergerak bersama pemerintah dan swasta serta pemangku kepentingan lainnya, dalam mengatasi masalah stunting di NTT.

" Kami sangat berharap dari monitoring lapangan ini, rekan- rekan jurnalis bisa mendapat data, memberi masukan dan menulis atau membuat berita yang bisa menggugah khalayak ramai, agar bersama semua unsur terkait untuk berkolaborasi pentahelix dalam mengatasi masalah stunting di NTT, semua ini demi generasi penerus NTT dan indonesia," Tambahnya.

Salah seorang warga yang diwawancarai iNews.id dan beberapa media yakni Merry Adriana Fony (43), seorang ibu rumah tangga warga Desa Sillu, Dusun 3, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang yang telah mempunyai 9 anak mengaku saat hamil anak bungsunya yakni Nowela Novela Moe yang baru berusia 20 hari mengatakan saat hamil ia hanya makan seadanya saja, seperti sayuran kalau ada uang baru dibelikan ikan atau daging sebagai penambah asupan gizi.

 


Merry Adriana Fony (43), ibu Nifas ( Pasca Melahirkan) warga Desa Sillu, Dusun 3, Kecamatan Fatuleu, Kab. Kupang telah mempunyai 9 anak mengaku saat hamil anak bungsunya yakni Nowela Novela Moe kurang mendapat asupan gizi. Foto : iNewsTTU.id/ Rudy Rihi

 

 

" Waktu hamil saya makan sayur apa adanya, tidak ada susu untuk ibu hamil, kalau ada uang baru beli ikan dan atau daging, dari puskesmas itu dikasih vitamin buat saya konsumsi juga," Jelasnya 

Jenni Johanes (30), Petugas Puskesmas Desa Sillu mengatakan, salah satu faktor tingginya angka stunting di desa tersebut karena rendahnya angka kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan mereka pada faskes yang ada, selain faktor ekonomi, gizi dan usia kehamilan yang banyak didominasi usia yang terlalu muda dan terlalu tua.

" Kadang ibu hamil itu saat awal hamil itu belum datang di fasilitas kesehatan tapi nanti kalau perut sudah besar atau trimester 2 kadang trimester 3 sebelum melahirkan itu baru mereka datang periksa satu dua kali, setelah itu melahirkan. itu jadi itu salah faktor yang bikin angka stunting banyak di desa ini, selain ekonomi, pola hidup dan gizi, karena mereka tidak dapat kami kontrol setiap fase kehamilannya," Imbuh Jenni.

Editor : Sefnat Besie

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network