KEFAMENANU, iNewsTTU.id - Rumah Adat di Pulau Timor pada umumnya sakral yang diakui sebagai tempat kehadiran eksistensi Tuhan dan leluhur sehingga meski sudah berabad-abad lamanya, masyarakat masih memelihara dan memegang teguh budaya tersebut.
Suku Tas'au, salah satu suku yang masih melestarikan budaya leluhur dengan sejumlah ritual adat khususnya dalam pembangunan hingga peresmian rumah adat yang diakui pemali atau suci.
Tema yang diusung, Tok Tabua Alekot Nekaf Mese Ansaof Mese Es Ume Leu Tas'au. Artinya duduk bersama untuk mengeluarkan pikiran, pendapat, dengan hati yang bersih serta satu dalam perkataan dan perbuatan akan memperoleh damai dalam hidup ini.
Berikut rangkaian acara peresmian Rumah Adat Suku Tas'au sebagai berikut:
Pengambilan Hauteas dan Air Pemali
Rangkaian acara dimulai dengan pengambilan air pemali (Oe Leu), yang disebut Oe Leu, dari sumber airnya yang disebut Suma, ma.
Ini adalah ritual sakral di mana tokoh adat dari sejumlah suku di Maubesi, Kecamatan Insana Tengah bersama-sama melakukan pengambilan Hauteas dan Oe Leu.
Suku-suku itu diantaranya Naisaban, Saunoah, Afenpah, Kauni, Naisumu, Naimena dan Oeleu. Air ini dianggap sebagai sumber kehidupan bagi suku Tas'au dan menjadi elemen penting dalam upacara peresmian.
Pengambilan Hauteas (Kayu simbol kekuatan) bercabang tiga memiliki maknanya tersendiri. Cabang pertama yang paling tinggi menandakan Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta beserta isinya.
(Pengambilan Oe Leu dan Hauteas dalam Ritual Adat Suku Tas'au di Maubesi, Foto: iNewsTTU.id/Isto Santos).
Cabang yang kedua menandakan simbol alam yang berisikan segala macam yang hidup dan yang mati untuk dinikmati, dipelihara dan di syukuri.
Cabang ketiga menandakan manusia termasuk leluhur dan pemerintah mengatur segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Tuhan.
"Hauteas itu kemudian ditanamkan didepan rumah adat dan Oe Leu disimpan didalam rumah adat," ujar Koordinator Pembangunan Rumah Adat Suku Tas'au, Maximus Tas'au pada Jumat (06/10/2023).
Misa Syukur dan Pemberkatan Rumah Adat Suku Tas'au
Setelah pengambilan air pemali, rangkaian acara dilanjutkan dengan misa syukur dan pemberkatan rumah adat dan lopo suku Tas'au.
Lopo merupakan rumah berbentuk bulat tanpa dinding yang sejak dahulu kala telah menjadi tempat pertemuan untuk mendiskusikan dan menyelesaikan sebuah persoalan.
Gereja memiliki peran penting dalam mendukung eksistensi budaya lokal, dan perayaan ekaristi diintegrasikan ke dalam upacara peresmian.
(Peresmian Rumah Adat Suku Tas'au di Maubesi ditandai dengan Perayaan Ekaristi, Foto: iNewsTTU.id/Isto Santos).
Pastor hadir untuk memberkati rumah adat, hauteas dan lopo diantaranya Romo Yopi Tas'au, Pr., Romo Theodorus Taus, Pr (Pastor Paroki Maubesi) dan Pater Didimus Nai, SVD, memperkuat hubungan antara kepercayaan religius dan tradisi adat. Agama dan kebudayaan adalah satu kesatuan.
"Agama adalah nilai dari semua perbuatan baik yang dilakukan manusia, nilai kebersamaa, peraturan, nilai cinta kasih, nilai memelihara alam semesta, doa dan kurban misa adalah wujud takut akan Tuhan," ujarnya.
Pesta Semalam Suntuk dengan Tarian Gong
Acara peresmian dilanjutkan dengan pesta semalam suntuk yang dihiasi dengan tarian gong. Tarian ini menjadi ungkapan kegembiraan dan kebersamaan dalam menyambut rumah adat baru.
Gong, sebagai instrumen tradisional, mengiringi penari dalam menyampaikan pesan kegembiraan dan keharmonisan di antara masyarakat suku Tas'au.
(Tarian memeriahkan peresmian rumah adat Suku Tas'au di Maubesi, Foto: iNewsTTU.id/Isto Santos).
Dalam acara tersebut setiap suku menggunakan pakaian adat kebesara dengan simbol yang menjadi ciri khasnya yang dimulai dari pukul 19:00 sampai dengan 05:00 WITA pada Jumat-Sabtu (06-07 Oktober 2023).
"Semua undangan menikmati pesta sukacita dengan makanan, minumanan dan tarian," ungkapnya.
Pesta Berakhir dengan Menari Mengelilingi Hauteas
Puncak acara peresmian adalah penari mengelilingi Hauteas, lambang kekuatan yang melambangkan Tuhan, Alam, dan Leluhur.
Dengan busana adat lengkap, penari menari dengan penuh semangat, menutup pesta dengan keindahan dan kesakralan. Tarian ini menjadi simbol integrasi antara kekuatan spiritual, kehidupan alam, dan warisan leluhur.
Melalui serangkaian rangkaian adat ini, masyarakat suku Tas'au berusaha mempertahankan dan memelihara warisan budaya mereka, sambil menjalin harmoni antara keyakinan religius, kehidupan sehari-hari, dan pengelolaan alam semesta.
(Mengelilingi Hauteas dalam acara peresmian rumah adat Suku Tas'au, Foto: iNewsTTU.id/Isto Santos).
"Penari diutus mengelilingi Hauteas tanda syukur kepada Tuhan dan memohan kepada Tuhan melalui leluhur yang telah menjadi pelindung untuk memberkati semua anggota suku dalam kehidupan ini," jelas dia.
Diketahui Rumah Adat Suku Tas'au yang memiliki bentuk bulat pendek makan waktu 1 bulan pembangunan dan Lopo yang punya 4 tiang itu proses pembuatan selama 1 bulan.
(Suasana di dalam Lopo Suku Tas'au. Lopo sejak dahulu menjadi tempat untuk berdiskusi dan berpendapat di kalangan orang Dawan, Foto: iNewsTTU.id/Isto Santos).
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait