Profil Paus Emeritus Benediktus XVI, Sang Profesor Teologi dari Jerman

Isto Santos
Paus Benediktus XVI (Foto: Istimewa).

KEFAMENANU, iNewsTTU.id- Benediktus XVI, nama asli Joseph Alois Ratzinger, lahir 16 April 1927, di Marktl, Bayern, Jerman dari pasangan Joseph Ratzinger dan Maria Ratzinger. Ia anak bungsu dari tiga bersaudara, Georg Ratzinger dan Maria Ratzinger.

Awal kehidupan dan karir
Dilansir dari Britannica, Ayah Ratzinger adalah seorang polisi dan ibunya seorang juru masak hotel. Ratzinger berusia enam tahun ketika Nazi mengambil alih kekuasaan di Jerman pada tahun 1933; orang tuanya, yang beragama Katolik setia, memusuhi rezim tersebut.

Ratzinger masuk seminari pada tahun 1939. Pada tahun 1941 dia dipaksa untuk bergabung dengan Pemuda Hitler, dan pada tahun 1943 dia direkrut menjadi militer Jerman, bertugas di unit anti pesawat di Bavaria sebelum dikirim ke Hongaria untuk memasang perangkap tank pada tahun 1945.

Tanggal 29 Juni 1951, Ratzinger dan saudaranya Georg ditahbiskan menjadi imam, pada pesta Santo Petrus dan Paulus oleh Kardinal Munich, Mgr. Faulhaber, di Katedral Freising.

Juli 1953, Ratzinger menerima gelar doktor di bidang teologi dengan disertasi berjudul “Umat dan Rumah Tuhan dalam Ajaran Gereja dari Augustinus”.

Setelah menerima gelar doktornya di bidang teologi, Ratzinger melakukan riset mengenai sejarah teologi dan wahyu dari teologi St. Bonaventura. Penelitian itu selesai pada 1957, dan setahun kemudian, 1958, ia menjadi seorang profesor di bidang teologi pada Universitas Freising.

Dia dikukuhkan menjadi seorang profesor teologi fundamental pada Universitas Bonn dan mulai mengajar di sini, 15 April 1959. Upacara pengukuhannya sebagai guru besar (profesor) ini ditandai dengan pemberian kuliah olehnya dengan judul “Allah Menurut Iman dan Allah Menurut Filsafat”.

Sayangnya, ayahnya (Joseph Ratzinger Sr) meninggal dunia pada 23 Agustus 1959. Tiga tahun kemudian, 1962, Ratzinger pergi ke Roma bersama dengan Kardinal Josef Frings.

Ia menjadi penasehat teologi (peritus) untuk kardinal dalam mengikuti Konsili Vatikan II. Dia hadir untuk semua sesi yakni empat pembahasan dalam konsili.

Pada tahun 1963 Ratzinger mulai mengajar di Universitas Munster. Dia menjadi dosen untuk bidang teologi dogmatik dan sejarah dogma. Pada tahun ini juga, tepatnya 16 Desember, ibunya meninggal dunia.

Selama berkarir, Ratzinger menulis sejumlah karya teologi penting, termasuk Pengantar Kekristenan (1968) dan Dogma dan Wahyu (1973).

Karyanya di bidang teologi menarik perhatian uskup agung Cologne, Joseph Frings, yang meminta Ratzinger untuk melayani sebagai asisten ahli di Konsili Vatikan II (1962–1965).

Salah satu tokoh yang lebih progresif di dewan tersebut, Ratzinger menentang mereka yang berharap membatasi reformasi. Dia berkontribusi pada sebuah dokumen yang mengkritik keras Kongregasi Kantor Suci dan yang akhirnya mengarah pada reorganisasi oleh Paus Paulus VI (1963–1978) sebagai Kongregasi untuk Ajaran Iman.

Pada Maret 1977 Ratzinger diangkat menjadi uskup agung Munich dan Freising oleh Paus Paulus VI dan menganugerahkan topi kardinal kepadanya tiga bulan kemudian.

Pada tanggal 25 November 1981, dia diangkat menjadi prefek Kongregasi Ajaran Iman oleh temannya Paus Yohanes Paulus II (1978–2005), yang telah dikenalnya dengan baik sejak tahun 1977.

Paus dan prefeknya memiliki sejarah yang sama, keduanya pernah hidup di bawah rezim totaliter, dan pandangan mereka mengenai gereja secara substansial sama. Selama lebih dari dua dekade, Ratzinger adalah penasihat terdekat paus.

Sebagai prefek dariKongregasi untuk Ajaran Iman, kantor Vatikan yang bertanggung jawab untuk melestarikan doktrin Katolik dan menilai menurut hukum kanon, surat perintah untuk tindakan disipliner terhadap klerus, Ratzinger mendapatkan reputasi sebagai seorang garis keras.

Dia mengutuk teologi pembebasan dan menindas teolog yang lebih liberal seperti Leonardo Boff dari Brasil dan Charles Curran dari Amerika.

Terlepas dari reputasinya, bahkan pengkritiknya yang paling keras pun mengakui kecerdasan dan kemampuannya untuk membahas masalah kontroversial dalam semangat yang objektif dan tidak memihak.

Dia juga dikenal karena kerendahan hati dan kelembutannya serta banyak bakatnya; dia dapat berbicara dalam beberapa bahasa dan merupakan seorang pianis ulung dengan kesukaan khusus pada karya Mozart.

Meskipun Ratzinger menegaskan keunggulan iman Katolik terhadap agama lain, yang dianggapnya tidak cukup sebagai sarana keselamatan, dia juga terlibat erat dalam upaya bersejarah Paus Yohanes Paulus untuk menjangkau agama lain, khususnya Yudaisme dan Islam.

Awal Kepausan
Pemilihan Ratzinger sebagai paus pada hari kedua konklaf merupakan kejutan karena statusnya sebagai kandidat utama; pelari terdepan hampir tidak pernah dipilih, sebuah fakta yang tercermin dalam ungkapan populer: "Dia yang masuk sebagai paus pergi sebagai kardinal."

Posisinya di kardinal pemilih tampaknya diamankan oleh pengabdiannya yang panjang kepada Paus Yohanes Paulus II dan pengabdiannya pada ajaran dan cita-cita pendahulunya.

Meskipun dia berkata dia telah berdoa untuk tidak dipilih, Ratzinger dengan rendah hati menerima pemilihannya pada 19 April 2005, pada usia 78 tahun menjadi paus tertua yang baru terpilih sejak Clement XII (1730–1740).

Pilihannya atas nama Benediktus XVI mengenang Santo Benediktus dari Nursia, Santo pelindung Eropa dan pendiri monastisisme Barat, serta para paus sebelumnya dengan nama yang sama, termasuk Benediktus XV (1914–1922), yang berusaha menengahi pihak yang berperang selama Perang Dunia I.

Ia memilih Motto: cooperatores veritatis (pekerja-pekerja kebenaran).

Benediktus XVI segera mengambil langkah untuk melanjutkan dialog yang telah dilakukan pendahulunya  Paus Yohanes Paulus II diantara Yudaisme dan Islam, dan dengan gereja-gereja Kristen lainnya. Selanjutnya, dia menyatakan bahwa salah satu tujuan kepausannya adalah merevitalisasi gereja Katolik di Eropa.

Benediktus XVI juga menunjukkan bahwa ia akan mempertahankan ortodoksi konservatif pendahulunya dalam masalah seksualitas, selibat imam, dan organisasi gerejawi.

Benediktus XVI menyetujui konstitusi apostolik, atau dekrit khusus, yang mengizinkan pendeta Anglikan dan orang awam untuk bergabung dengan Gereja Katolik Roma sembari mempertahankan beberapa tradisi Anglikan.

Pengunduran diri
Pada Februari 2013 Benediktus XVI mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri pada akhir bulan itu, dengan alasan usia dan masalah kesehatan. Pidato publik terakhirnya di Lapangan Santo Petrus menarik lebih dari 50.000 orang.

Pada 28 Februari dia secara resmi mengundurkan diri, mengambil gelar Paus Emeritus. Ia menjadi paus pertama yang mengundurkan diri setalah 600 tahun sejak Paus Gregorius XII pada tahun 1415.

Menurut aturan Gereja, pengunduran diri dimungkinkan dalam kepausan, sebagaimana tercantum dalam Canon nomor 332, paragraf kedua dari Codex Iuris Canonici (Hukum Kanonik Gereja Katolik).

Dengan keputusan ini, Benediktus XVI adalah paus ketiga dalam sejarah kepausan Katolik Roma yang mengundurkan diri. Paus pertama yang mengundurkan diri adalah Paus Selestinus V pada tahun 1284 karena alasan kesehatan dan yang kedua adalah Paus Gregorius XII pada tahun 1415 karena alasan politis.

Kepemimpinannya, ia ditantang untuk menyelesaikan sejumlah persoalan didalam tubuh Gereja Katolik. Ia menjadi Uskup Agung Roma dan kepala Gereja Katolik Roma dari tahun 2005 hingga tahun 2013 sampai pengunduran dirinya.

Ensiklik:
Deus Caritas Est, diterbitkan pada 25 Januari 2006.
Spe Salvi, tertanggal pada 30 November 2007.
Caritas in veritate, tertanggal pada 29 Juni 2009.

Editor : Sefnat Besie

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network