KEFAMENANU, INEWSTTU.ID- Hasil tenunan kain adat asal Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sering dipamerkan di tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) maupun di tingkat nasional.
SMP Katolik Putri Sto. Xaverius Kefamenanu, Kabupaten TTU mengirim dua peserta untuk turut ambil bagian dalam lomba Tradisional Kostum Karnaval dan Tarian Etnis Kontemporer program Ramai Skali Bank NTT tahun 2022 dengan tema “Bank NTT Break The Limit, Pandemic Can’t Stop Us" di Kupang pada Sabtu, (15/10/2022).
Menurut informasi yang diterima media ini, Program Ramai Skali Bank NTT tahun 2022 merupakan program tahunan dari Bank NTT yang telah diselenggarakan sejak tahun 2019. Kegiatan ini juga perwujudan untuk mendukung program Presiden Joko Widodo yaitu sinergitas lembaga keuangan untuk integrasi atau inklusi keuangan yang juga merupakan program OJK.
Kepada Media ini, Maria Carisa Elenora Sanbein, salah satu kontestan yang menggunakan kostum asal Biboki mengungkapkan pemilihan kostum asal Biboki semata-mata untuk menunjukan jati dirinya sebagai perempuan biboki yang dikenal sebagai sosok perempuan yang kuat, cerdas dan mampu bersaing terlebih di era milenial seperti ini tanpa meninggalkan identitas diri.
"Kostum ini setidaknya ada pesan positif pada kita semua bahwa kami Bife Biboki (Perempuan Biboki) adalah perempuan yang kuat, berpikir kreatif, penuh pesona. Jangan malu dengan budaya daerah yang kita. Budaya yang ada merupakan perjuangan para leluhur yang harus dijaga, dirawat, dilanjutkan dan wajib kaum muda melestarikan Tenun Biboki di bumi nusantara,” katanya.
Wilhelmina Maria Artika Tefa, peserta kedua yang mengenakan kostum bermotifkan daerah Insana, dipadukan dengan aksesoris daun kelor yang di juluki "Binon Kelor (Putri Kelor) mengatakan, kaum milenial punya peran penting dalam melestarikan budaya daerah Kabupaten TTU serta mulai mengembangkan tanaman kelor di seluruh wilayah Kabupaten TTU karena manfaat kelor sangatlah besar. Daun kelor selain dimanfaatkan utuk makan dan kebutuhan rumah tangga lainnya, katanya, dapat dimanfaatkan juga sebagai aksesoris bagi kain adat.
"Selain untuk kesehatan juga untuk menambah pendapatan petani, serta pemanfaatan daun kelor dalam peningkatan bidang kesehatan dan penunjang ekonomi", ungkapnya.
Artika mengharapkan, Binon Kelor (Putri Kelor) untuk kaum milenial dimana saja agar menjaga identitas berupa kain tenun daerah dan melestarikan daun kelor sebagai investasi kedepan menuju tingkat hidup yang lebih sejahtera.
“Lestarikan keragaman budaya anda, lestarikan untuk identitas masa depan,” paparnya.
Sementara itu guru pendamping SMPK Putri Sto. Xaverius, Alfridus Bana mengungkapkan rasa bangga terhadap anak bimbinganya yang antusias mengkuti kegiatan tersebut dan berterima kasih kepada Bank NTT yang sudah membuka kegiatan dengan menampilkan busana adat dari masing-masing daerah.
"Karena kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kaum milenial sehingga anak anak jangan melupakan identitas budayanya. Kegiatan ini juga merupakan wadah bagi generasi muda untuk mengembangkan berbagai kreatifitas dan bakat yang dimiliki,” jelasnya.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait