Kisah Inspiratif Anak Muda TTU, Belajar dari Universitas Kehidupan untuk Ciptakan Peluang

KEFAMENANU, iNewsTTU.id - Di balik sebuah usaha kecil di sudut kota perbatasan RI-RDTL, tepatnya di Jln Eltari, KM 2, Kelurahan Kefamenanu Selatan, Kabupaten TTU, Provinsi NTT berdiri Ryan Grafika – Biro Reklame.
Tampak sederhana dari luar, tetapi di dalamnya tersimpan kisah luar biasa seorang wirausahawan muda yang membangun hidupnya dari keterbatasan menuju kebermanfaatan.
Namanya Gabriel E. Naisali, akrab disapa Ryan. Bagi banyak orang, batu nisan adalah tanda akhir. Tapi bagi Ryan, justru dari sanalah hidup barunya dimulai.
Lahir di Lekusene pada 21 Agustus 1988, dari pasangan mendiang Petrus Koko dan Bernadetha Haki, Ryan tumbuh dalam keluarga sederhana bersama tiga saudara lainnya. Sejak muda, ia sudah paham bahwa hidup bukanlah tentang menunggu nasib, melainkan menciptakan peluang dari yang ada.
“Saya tidak punya apa-apa, hanya kemauan dan restu dari orangtua,” kenangnya.
Pada tahun 2012, setelah belajar banyak dari seniornya, Jhon Bala, sejak 2008, Ryan memberanikan diri membuka usaha sendiri. Tanpa komputer, tanpa printer, tanpa mesin desain. Hanya dengan semangat belajar dan tekad mandiri. Tak lama sebelum berpulang, sang ayah memberinya modal sebesar Rp500.000, uang terakhir yang kini menjadi awal dari semuanya.
Batu Nisan, Awal yang Tidak Biasa
Ryan memulai dari batu nisan. Ya, dari situ. Ia memahat dan melayani pelanggan penuh dedikasi dengan pembuatan batu nisan tanpa alat canggih. Untuk mencetak desain, ia harus menitip ke teman. Jika temannya sedang ke luar kota, ia harus menunggu. Tetapi ia tidak pernah mengeluh.
“Kalau saya tunggu semua sempurna, saya tidak akan pernah mulai,” ujarnya.
Lambat laun, satu per satu mesin ia beli hingga akhirnya mulai merambah ke jasa pembuatan stempel, name tag, papan nama, desain grafis, papan data sekolah, papan desa, batu prasasti dan batu plakat. Satu per satu alat ia beli sendiri, meski hingga kini masih menabung untuk membeli mesin sablon dan mesin DTF. Namun baginya, keterbatasan bukan alasan untuk berhenti, melainkan alasan untuk terus belajar.
Universitas Kehidupan: Coba, Gagal, Ulangi
Ryan tidak kuliah di jurusan desain. Tapi ia adalah lulusan universitas kehidupan, dengan jurusan: coba, gagal, ulangi. Ia pernah mempekerjakan hingga 15 orang karyawan, semuanya ia latih sendiri dari nol.
Ada yang kuliah sambil bekerja bersamanya hingga wisuda. Ada yang ia bantu secara finansial hingga meraih gelar sarjana. Ada pula yang kini menjadi TNI setelah bekerja dengannya.
Sebagian anak didiknya kini bahkan mandiri dan membuka usaha sendiri di kabupaten lain: Balack Rental di Malaka, didirikan oleh mendiang Riven Bala, kini diteruskan oleh Aris Tethun, Garuda Sablon di Belu, milik Marko Tnaauni dan lainnya tersebar di TTU dan sekitarnya.
“Saya bahagia karena mereka sekarang punya usaha sendiri,” kata Ryan bangga.
Bekerja dengan Hati, Hidup dengan Arti
Di sela aktivitas usahanya, Ryan menyalurkan hobinya merakit motor antik Honda CB, touring, dan camping. Alam adalah guru terbaik baginya: mengajarkan kesederhanaan, ketenangan, dan keteguhan hati.
Ia hidup dengan satu prinsip: “Bertahan untuk hidup, dituntut untuk terus berinovasi dari diri sendiri. Bekerja keras, tulus, ikhlas, dan sabar.”
Kini, walau hanya dibantu dua tenaga kerja, Ryan terus berkarya. Meski masih terbatas alat produksi, semangatnya tak pernah surut.
“Tuhan tidak pernah beri saya segalanya sekaligus. Tapi Dia beri saya cukup untuk terus melangkah.” kisahnya saat ditemui di Ryan Grafika, Biro Reklame, Selasa (22/7/2025).
Pesan untuk Anak Muda: Jangan Takut Gagal
Ryan tahu, banyak anak muda hari ini takut memulai usaha. Takut gagal. Takut kerja kecil. Untuk mereka, ia punya pesan penting:
“Mulailah dari apa yang ada. Jangan malu kerja kecil. Jangan takut gagal, karena gagal itu bagian dari proses. Kalau kamu tidak pernah gagal, kamu tidak akan tahu rasanya berhasil.” pesannya.
Kini, Ryan telah menafkahi istri tercinta Yovita A. Bria, dan putra mereka, Eulogior Alfano Naisali. Ia sudah membeli tanah, membangun rumah, membuka usaha kos-kosan, dan terus menanam semangat kerja keras di sekitarnya.
Bukan Sekadar Pengusaha Muda, Tapi Pemantik Perubahan
Ryan Naisali telah membuktikan, bahwa untuk memulai hidup, tidak perlu segalanya, cukup satu, yakni, kemauan yang tulus. Dari batu nisan yang dingin, ia membangun kehidupan yang hangat. Dari Rp500 ribu terakhir pemberian sang ayah, ia membentuk masa depan, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi banyak orang.
Ia bukan sekadar pengusaha kecil. Ia adalah pemantik perubahan. Dan dari sosok sederhana ini, kita belajar: keterbatasan bukan alasan untuk berhenti, tapi alasan untuk berjuang lebih keras lagi.
Editor : Sefnat Besie