Uskup Mora ditangkap oleh pihak berwenang Nikaragua pada 20 Desember 2023, di tengah gelombang penculikan oleh rezim pendeta Katolik yang berjumlah lebih dari 15 penangkapan pada bulan itu saja.
Mora telah merayakan Misa sehari sebelumnya di Matagalpa di mana dia mendorong umat beriman untuk berdoa bagi Álvarez.
Sementara itu, seruan Gereja Katolik untuk perdamaian di Nikaragua semakin intensif. Pada tanggal 1 Januari, Paus Fransiskus menyatakan keprihatinannya terhadap situasi di negara tersebut, di mana para uskup dan imam telah dirampas kebebasannya.
Seruan Paus juga digaungkan oleh otoritas AS . Pada tanggal 2 Januari, Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, menuntut agar kediktatoran Nikaragua segera dan tanpa syarat membebaskan Uskup Rolando Álvarez, yang telah ditahan secara tidak adil selama 500 hari.
“Kebebasan berkeyakinan adalah hak asasi manusia. Penahanan lanjutan terhadap Álvarez tidak dapat diterima,” kata Miller.
Di Amerika Serikat, suara-suara terkemuka seperti Rep. Chris Smith dari New Jersey, seorang Katolik, juga terus menyoroti perlakuan terhadap Álvarez.
Dalam sidang kongres yang diadakan pada tanggal 30 November 2023, Smith meyakinkan bahwa Uskup Álvarez adalah orang yang tidak bersalah yang menanggung penderitaan yang tak terkatakan.
Editor : Sefnat Besie