KEFAMENANU, iNewsTTU.id - Dalam upaya mengatasi masalah stunting di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, kegiatan sosialisasi dengan tema "Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus".
Kegiatan diselenggarakan di Hotel Frawijaya, Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Acara ini dihadiri oleh ratusan warga dari berbagai kecamatan di Kabupaten TTU. Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati TTU Juandi David.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena, hadir dalam kegiatan tersebut dan menekankan pentingnya kerjasama semua pihak, termasuk pemerintah pusat, kabupaten, provinsi, BKKBN, DPR RI, DPRD Kabupaten, Kota, serta instansi terkait lainnya dalam penanganan stunting di wilayah perbatasan ini.
"Kekuatan kita bersama untuk menghadapi penanganan stunting bisa lebih kuat dan lebih serius ke depan," ujarnya pada Jumat (03/11/2023).
Ia juga menekankan bahwa penanganan stunting harus berbasis masyarakat, di mana masyarakat harus bergerak dengan dukungan pemerintah desa, pemerintah daerah, dan instansi lainnya.
"Butuh kerjasama dari semua pihak agar nanti semua bisa bergerak bersama-sama untuk membantu percepatan penurunan stunting," ungkapnya.
Sekretaris BKKBN Provinsi NTT, Mikhael Yance Galmin, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari kampanye perubahan perilaku agar masyarakat lebih memahami faktor-faktor penyebab stunting karena stunting disebabkan oleh banyak faktor.
Oleh karena itu, penanganannya harus melibatkan sektor-sektor yang berbeda dan fokus pada perubahan perilaku masyarakat.
Perubahan perilaku memerlukan sosialisasi yang terus-menerus, dan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk mengkampanyekan perubahan perilaku tersebut.
"Pak Melki selaku Wakil Ketua Komisi IX DPR RI adalah mitra strategis dari BKKBN, sehingga beliau bersama-sama dengan BKKBN yang kebetulan bersama ikut juga menyuarakan untuk percepatan penurunan stunting itu," ujar Galmin.
Dalam konteks penanganan stunting, katanya, ada dua pendekatan yang harus dipertimbangkan, yaitu intervensi spesifik dan sensitif.
Intervensi spesifik melibatkan program-program kesehatan ibu dan anak, seperti pemberian makanan tambahan (PMT) dan tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri.
Intervensi ini bisa berpengaruh hingga 30% dalam mencegah stunting. Namun, 70% lainnya berkaitan dengan faktor-faktor di luar kesehatan, seperti akses makanan, suasana lingkungan, dan jumlah anak dalam keluarga.
Untuk mengatasi faktor-faktor luar tersebut, BKKBN memberikan edukasi kepada keluarga tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
Dalam hal ini, ada tiga hal yang ditekankan: kolam, kandang, dan kebun. Kolam air tawar dan sumber pangan lokal seperti ikan dan ternak ayam dapat memberikan sumber protein yang penting. Keluarga diajarkan untuk mengembangkan sumber pangan ini di sekitar rumah mereka.
"Nah, kalau dari aspek BKKBN kita selalu memberikan edukasi bagaimana keluarga memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Jadi kembangkan 3K itu; kolam, kandang, dan Kebun. Karena disitu sumber gizi sebenarnya," ungkap dia.
Selain itu, katanya, program "Dapur Sehat Atasi Stunting" memberikan contoh cara menyiapkan makanan sehat dari sumber pangan lokal yang kaya gizi. Hal ini bertujuan untuk mengajak keluarga untuk kembali memasak di rumah daripada membeli makanan instan di luar.
Program ini juga mendorong orangtua untuk memastikan anak-anak mereka sarapan sebelum pergi ke sekolah, bahkan jika harus membawa sarapan ke sekolah.
Dalam hal penyediaan bibit tanaman, BKKBN berkolaborasi dengan perangkat daerah lain yang memiliki tugas dan tanggung jawab terkait.
"Tujuan utama dari semua program ini adalah mengubah perilaku masyarakat dan memberikan pendidikan tentang pentingnya gizi seimbang untuk mencegah stunting," jelas dia.
Dijelaskan, kegiatan ini merupakan langkah penting dalam memperkuat penanganan stunting di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, dengan melibatkan berbagai pihak dalam upaya bersama untuk mengatasi masalah stunting secara serius.
Editor : Sefnat Besie