KEFAMENANU, iNewsTTU.id - Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal menjadi lokasi Perayaan Hari Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) setelah Keuskupan Atambua terpilih menjadi tuan rumah.
Kegiatan tersebut telah ditunda tiga tahun pasca Covid-19 dan tahun ini kembali digelar, dan rencananya akan digelar di Kota Kefamenanu terhitung mulai tanggal 17 hingga 21 Mei 2023.
Alasan PKSN akan diselenggarakan di Kota Kefamenanu dikarenakan sebuah wilayah dekenat di Keuskupan Atambua yang dihuni oleh 90 persen warga Katolik.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia, Romo Anthonius Steven Lalu Pr, Kamis (30/03/2023) melalui rilis pers yang diterima media ini.
"Keuskupan Atambua sendiri telah menyiapkan berbagai kegiatan untuk keperluan perayaan yang bakal berlangsung selama lima hari nanti," ujarnya.
Katanya, kegiatan yang digelar nantinya berupa pelatihan audio visual bagi pegiat komsos paroki yang bekerjasama dengan Dinas Kominfo Kabupaten. Juga ada pendampingan bagi siswa-siswi SMA tentang bagaimana bermedia dengan cerdas.
Tidak hanya itu, ada pelatihan dan pendampingan katekese digital bagi para calon katekis, pendampingan penggunaan medsos bagi ibu-ibu, seminar literasi sosial bekerjasama dengan kementerian Kominfo, dan lomba untuk anak-anak sekami akan meramaikan PKSN Atambua.
"PKSN juga diselenggarakan secara online. Beberapa acara seperti misalnya seminar nasional akan diselenggarakan secara hybrid," paparnya.
Selama beberapa pekan sebelumnya, ungkapnya, berbagai lomba diselenggarakan secara online demi memeriahkan PKSN sekaligus menggaungkan pesan Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia: “Berbicara dengan Hati”.
Beberapa pelatihan dan lomba antara lain; lomba konten kreatif digital, lomba cipta lagu tema pesan paus, lomba menulis cerita, lomba podcast pewartaan, lomba menulis opini di media massa, komsoslympic, dan lomba film pendek.
"Rencananya juga akan ada tiga kali webinar yang akan membahas pesan paus dengan enggel yang berbeda pada akhir Maret, awal April dan Mei," ungkapnya.
Webinar ini dilengkapi dengan satu kali kegiatan refleksi bersama para ketua komsos tentang tema paus yang diselenggarakan secara hybrid dan berpusat di Kefamenanu.
Bicara dengan Hati
Tema PKSN yang juga merupakan inti dari pesan Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-57 tahun ini berbunyi "Bicara dengan Hati".
"Setelah kita berlatih mendengarkan yang menuntut kita menunggu dan bersabar serta tidak memaksakan sudur pandang kita dengan cara yang merugikan, akhirnya kita dapat masuk dalam dinamika dialog dan saling berbagi, tepatnya berkomunikasi dengan ramah," ujar Paus dalam pesannya.
Pesan Paus untuk bicara dengan hati ini menanggapi situasi dunia yang begitu kompleks ditandai dengan kekerasan (perang), amarah, ketidakpedulian dan kepalsuan.
Menurut Paus, berkomunikasi dengan ramah (bicara dengan hati) berarti kita diminta untuk terlibat dalam ketakutan, harapan dan penderitaan manusia zaman ini dengan menemani dan memberi kasih melalui tutur kata.
"Kita sebagai umat Kristiani didesak terus-menerus untuk menjaga lidah dari yang jahat," ungkap Paus.
Dalam pesannya ini pula Paus menampilkan sosok penulis atau pujangga Gereja yang pada tahun ini kita rayakan 400 tahun wafatnya, yakni Santo Fransiskus de Sales.
Ia merupakan seorang Uskup Jenewa yang meninggal pada 28 Desember 1622 adalah pelindung para komunikator termasuk para wartawan/ jurnalis. Dia juga pelindung para penyandang disabilitas.
Bagi Paus, Fransiskus de Sales merupakan teladan yang tepat dalam berkomunikasi dengan hati. Berbagai tulisan yang pernah dibuat Fransiskus de Sales menginspirasi banyak pihak termasuk salah satunya Santo John Henry Newman.
Paus Fransiskus kagum dengan ungkapan Frans de Sales dan menjadikannya sebagai motto hidup, yakni "cor ad cor loquitur" yang dalam Bahasa Indonesia berarti hati berbicara kepada hati.
Maksudnya, agar dapat bicara dengan baik, cukup dengan mencintai secara baik. Ia meyakini bahwa komunikasi tidak boleh direduksi sehingga yang apa sampaikan sebuah kepalsuan yang saat ini disebut sebagai strategi marketing.
Komunikasi, katanya, merupakan cerminan jiwa, permukaan dari inti cinta yang tidak terlihat oleh mata dan menyatakan dengan jelas bahwa setiap orang adalah apa yang dirinya komunikasikan. Jangan sampai apa yang diungkapkan bukanlah sejatinya dari diri sendiri.
"Komunikasi sering dieksploitasi sehingga dunia melihat kita seperti yang kita inginkan, bukan siapa kita sebenarnya," tegas Paus Fransiskus mengutip kata-kata Frans de Sales.
Editor : Sefnat Besie