get app
inews
Aa Read Next : Danrem 161 Kupang Resmi Dijabat Brigjen Joao Xavier Barreto Nunes, Putra Asli Timor Timur 

Ternyata Ini Kisah di Balik Putusan Jajak Pendapat Timtim hingga Akhirnya Lepas dari RI

Minggu, 11 September 2022 | 20:30 WIB
header img
Presiden BJ Habibie menerima kunjungan Uskup di Dili, Timor Timur, Carlos Filipe Ximenes Belo pada 24 Juni 1998. FOTO/SETNEG/REPRO BUKU Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik yang Menentukan

JAKARTA, iNewsTTU.id- Akhirnya baru terungkap Alasan Presiden BJ Habibie di balik putusan jajak pendapat Timor Timur masih banyak dipertanyakan hingga saat ini. Jajak pendapat yang digelar pada 30 Agustus 1999 membuat Bumi Lorosae itu berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berubah nama menjadi Timor Leste.

Seperti diketahui, Timor Timur merupakan provinsi termuda kala itu di Indonesia. Daerah beribu kota di Dili itu berdiri pada 17 Juli 1976. Sebelum menjadi bagian NKRI, Timor Timur merupakan daerah jajahan Portugal dari tahun 1702 hingga 1975 yang bernama Timor Portugis. Pada 1974, Portugal melakukan proses dekolonisasi bertahap, termasuk di Timor Portugis.

 Situasi ini memicu konflik sipil di beberapa wilayah Timor Portugis. Konflik sipil yang terjadi di Timor Portugis memunculkan keinginan sebagian warganya untuk bergabung ke negara terdekat Indonesia. Mereka kemudian melakukan Deklarasi Balibo pada 30 November 1975. 

Deklarasi itu disampaikan oleh Francisco Xavier Lopes da Cruz, mewakili tiga partai di Timor Portugis, yakni Partai Klibur Oan Timor Asu'wain (KOTA), Uni Demokrasi Timor (UDT), dan Associacao Popular Democratica de Timor Pro Referendo (APODETI). 

Deklarasi Balibo menjadi legitimasi bagi Indonesia mengirimkan pasukan untuk menaklukkan Timor Portugis dan menggabungkannya ke dalam wilayah NKRI. Timor Portugis resmi menjadi provinsi ke-27 pada 17 Juli 1976. Namanya diubah menjadi Timor Timur. Ada empat tokoh yang pernah menjadi Gubernur Timor Timur.

 Mereka adalah Arnaldo dos Reis Araujo (3 Agustus 1976-19 September 1978), Guilherme Maria Goncalves (19 September 1978-18 September 1982), Mario Viegas Carascalao (18 September 1982-18 September 1987, 18 September 1987-18 September 1992), dan Jose Abilio Osorio Soares (18 September 1997-19 Oktober 1999).

 Dalam buku berjudul Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik yang Menentukan, ada dua hal mengapa Timor Portugis dibiarkan masuk ke dalam wilayah NKRI. Pertama, the Fall of Vietnam dan the Flower Revolution di Portugal yang dikuasai kelompok kiri. Baca juga: Operasi Seroja di Timor Timur, 16 Prajurit Kopassus Gugur saat Merebut Kota Dili Waktu itu, Amerika Serikat belum lama menarik pasukan dari Vietnam Selatan sebagai imbas berakhirnya Perang Vietnam.

 Vietnam Selatan dan Vietnam Utara bergabung dan mengambil haluan komunisme. Di saat hampir bersamaan terjadi Revolusi Bunga (the Flower Revolution) di Portugal yang menyebabkan distabilitas politik di dalam negeri, sehingga terjadi pemberontakan di negara koloni.

 Alasan kedua mengapa Indonesia dibiarkan menguasai Timor Portugis adalah adanya kekhawatiran wilayah itu dijadikan pangkalan kapal perang dan kapal udara Blok Komunis di tengah NKRI yang antikomunis dan di dekat Australia.

 "Terjadinya kevakuman pemerintah Portugal di Timor Portugis dapat mengakibatkan destabilisasi daerah jajahan Portugal, sehingga memberi peluang kepada gerakan dan kekuatan kiri untuk merealisasi terjadinya pangkalan komunis dan komunisme," tulis BJ Habibie dalam buku Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik yang Menentukan sebagaimana dikutip, Minggu (11/9/2022). 

Namun integrasi Timor Timur ke Indonesia ternyata tak meredakan konflik antara kelompok prokemerdekaan dan prointegrasi yang didukung pemerintah Indonesia. Pada 28 Oktober 1991, terjadi konfrontasi antara aktivis prointegrasi dan prokemerdekaan dalam sebuah pertemuan di Gereja Motael Dili.

 Dalam peristiwa ini aktivis prointegrasi, Afonso Henriques tewas dalam perkelahian, sehingga memicu penembakan terhadap aktivis prokemerdekaan Sebastiao Gomes oleh tentara Indonesia. Setelah peristiwa itu terjadi unjuk rasa besar-besaran dari kelompok prokemerdekaan. Pada 12 November 1991, sekitar 4.000 orang berkumpul mengiringi pemakaman aktivis prokemerdekaan di Pemakaman Santa Cruz Dili. 

Sebanyak 200 tentara dikerahkan untuk menghadapi para pengunjuk rasa. Dalam situasi chaos, tentara Indonesia melepaskan tembakan ke arah demonstran dan menyebabkan sekitar 200-an orang tewas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai tragedi Santa Cruz. 

Peristiwa Santa Cruz yang direkam oleh jurnalis asing kemudian disiarkan di televisi-televisi dunia. Amerika Serikat yang mendukung integrasi Timor Timur ke Indonesia pun mengutuk peristiwa kekerasan itu. Sejak itu, isu Timor Timur menjadi semacam senjata untuk mempermalukan Indonesia di dunia internasional.

 Jajak Pendapat BJ Habibie resmi diangkat menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia pada 21 Mei 1998. Habibie yang saat itu menjabat Wakil Presiden menggantikan Presiden Soeharto yang mengundurkan diri akibat tekanan politik di dalam negeri. Sebagai presiden di awal era Reformasi, BJ Habibie memberikan perhatian penuh pada kepentingan nasional. 

Editor : Sefnat Besie

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut