SABU RAIJUA,iNewsTTU.id- Kabupaten Sabu Raijua sebuah pulau terselatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menyimpan potensi alam bernilai ekonomi tinggi ditengah musim kemarau yang panjang di pulau ini dan panas yang menyengat kulit.
Jika bicara pembangunan tentu kita tidak akan pernah bisa melupakan sosok Marthen Dira Tome, pria yang lahir pada 21 Juli 1964 ini adalah tokoh sentral, motor penggerak sekaligus peletak landasan kerja " Amfibi" di Sabu Raijua.
Kita tentu masih ingat pada medio 2014 dan 2015 saat Marthen menjadi Bupati Sabu, ia membangun embung- embung untuk menampung air hujan karena ia tahu, pulau Sabu curah hujannya sangat sedikit dan air adalah kebutuhan utama, terutama untuk pertanian dan peternakan, apalagi banyak wilayah di sabu kesulitan air, sekalipun mendapat penolakan dari segelintir orang, terutama saat embung Guriola dibuat, namun kini embung tersebut menjadi sumber air utama masyarakat.
Bahkan kini setelah tak lagi menjadi bupati, tangan dinginnya seolah tetap menjadi berkat bagi Sabu Raijua, dimana Sabu kembali dikenal sebagai sentra " emas putih" alias garam di NTT, setelah mati suri sekian lama.
Lewat perusahaan PT. Nataga Raihawu Industri ( NRI) ia kembali memperbaiki lahan tambak garam yang terbengkalai, merangkul kembali para petani garam yang seolah putus harapan karena lahan tambak garam yang dibiarkan hancur tak terurus.
" Kita tahu masih banyak saudara kita orang sabu yang susah, untuk itu saya pekerjakan kembali mereka dengan upah Rp.1.250.000 per orang ditambah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, 1 hektar lahan tambak dikelola 10 orang petani, kita berdayakan mereka kembali," Ujarnya.
Saat iNews.id bertemu dengan sosok yang akrab disapa Matade ini, Sabtu ( 20/4/2024), ia mengatakan saat ini pihaknya terus memperluas lahan produksi garam untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasional. Saat ini tercatat 32 hektare (ha) lahan tambak garam yang digarap pihak swasta dan ditargetkan mencapai 100 ha hingga akhir April 2024.
" Banyak orang bilang kepada saya Sabu ini panas dan ini seperti kutukan, tapi bagi saya inilah anugerah Tuhan bagi kita, kita bisa manfaatkan panas ini untuk membuat tambak garam, saya kasih tahu anda bahwa kandungan NaCL garam Nataga diangka 96 di seluruh indonesia, dan kita cuma dibawah Australia dengan 97, maka dapat saya simpulkan garam kita adalah garam terbaik di Indonesia mengalahkan Madura dan Jawa Timur, untuk itu saat ini tercatat kita punya 32 hektar (ha) lahan tambak garam yang digarap pihak swasta dan ditargetkan mencapai 100 ha hingga akhir April 2024, saat ini kita sedang membuka lahan lagi di Desa Daieko, Kecamatan Hawu Mehara," Ujarnya.
Marthen Dira Tome juga membuka peluang bagi investor atau pengusaha yang ingin berinvestasi garam di sabu raijua karena potensi lahan masih ada dan kualitas garam sabu yang sangat baik.
Marthen Dira Tome berkaca pada data dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2022, diperoleh data bahwa pada tahun 2021 dan 2022 produksi garam nasional hanya mencapai 879,9 ribu ton dan 859 ribu ton secara beruntun. Jumlah ini jauh dari angka kebutuhan garam nasional sebesar 4,5 juta ton.
“Dengan produktivitas setiap bulan yang mencapai 45 ton per hektar, kita bisa jadi pemasok garam di NTT, bahkan kita terus berusaha memenuhi permintaan garam nasional, karena potensi lahan kita masih sangat luas dan sampai akhir April target 100 ha yang siap berproduksi,” Pungkasnya.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait