Selama ini, Bulog kerap dikritik karena tidak mampu menjaga stabilitas harga pangan, terutama beras. Operasi-operasi pasar yang dilakoni Bulog kerap tak efektif karena Bulog tak punya cadangan beras yang kuat di gudang-gudang mereka.
Pada 2023, misalnya, Bulog ditugasi pemerintahan Jokowi untuk mengimpor beras berkualitas medium hingga 3,5 juta ton beras. Stok beras Bulog yang diperkirakan hanya 1,7 juta ton tak ideal untuk mengantisipasi ancaman El Nino.
Manajemen keuangan Bulog juga kerap berantakan. Pada 2023, Bulog punya utang hingga Rp7 triliun untuk penyerapan gabah atau beras dari petani. Di lain sisi, Bulog juga punya sekitar Rp16 triliun piutang yang hingga kini belum dibayarkan pemerintah.
Sebelumnya, Ganjar membeberkan tiga strategi menurunkan harga bahan pokok jika terpilih menjadi presiden. Strategi-strategi tersebut sukses dijalankan Ganjar saat menjabat Gubernur Jawa Tengah selama dua periode.
Pertama, pembenahan data petani lewat program Satu Data Indonesia supaya subsidi, insentif, dan alokasi pupuk tak salah sasaran. Kedua, diversivikasi pangan lokal. Ketiga, penyediaan bantuan sarana produksi (saprodi) dan sarana produksi pertanian (saprotan).
"Maka modernisasi juga dilakukan, termasuk menyiapkan pupuk, obat, alat dan mesin pertanian (alsintan) selama proses sampai keluar menjadi produk," kata Ganjar dalam acara konsolidasi relawan pemenangan di Rest Area Bumdes, Desa Beran, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo, Senin (18/12).
Tak kalah penting ialah revitalisasi Bulog. Ganjar menegaskan bakal mengembalikan fungsi Bulog seperti semula jika terpilih sebagai presiden. Selama ini, Bulog kerap dianggap sebagai importir produk pangan dari luar.
"Bulog yang nantinya akan membeli hasil produksi langsung dari petani. Sehingga tidak bisa diliberalisasi, dan bisa menjaga kestabilan harga," ujar politikus PDI-Perjuangan itu.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait