KEFAMENANU, iNewsTTU.id - Sampai dengan saat ini 12 pekerja pembangunan Pintu Lintas Batas Negara (PLBN) di Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), mengalami nasib yang sulit setelah diterlantarkan oleh PT. Metro Kresasi Indoteknik.
Pekerja yang berasal dari Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, dikabarkan belum menerima upah sejak awal September 2023.
Mandor yang membawa 12 pekerja tersebut, Imam, tidak memberikan tanggung jawab kepada mereka, sesuai dengan kesepakatan awal bahwa upah akan dibayar setiap dua minggu.
Kepala Tukang, Asep Supan, mengungkapkan kekecewaannya saat ditemui pada Selasa, (26/09/2023).
"Kami bekerja di NTT untuk pembangunan PLBN Napan, sementara kami dibawa sama mandor Imam dan ternyata sampai disini Mandor tidak ada tanggung jawabnya kepada pekerja, yaitu kami per dua belas orang ini," ujar Asep.
Asep menuntut agar perusahaan membayar upah kerja selama dua minggu, dan hingga saat ini, mereka hanya menerima uang sebesar Rp850 ribu, yang notabene berupa kas bon.
"Seharusnya semua upah per dua minggu untuk 12 orang itu ada totalnya Rp16,5 juta dan uang makan selama dua minggu Rp8,4 juta. Jadi total keseluruhan yang harus kami 12 orang terima kurang lebih Rp27 juta," ungkap Asep.
Meskipun mereka telah menghubungi perusahaan perekrut, tidak ada tanggapan yang pasti. Ke-12 pekerja itu kini terkatung-katung dan kehabisan uang.
"Tidak ada tanggapan yang pasti, selalu jawabannya dikondisikan ke atas. Intinya kawan-kawan semua minta pulang karena kami tidak punya uang," tegas Asep.
Asep juga menyampaikan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan pihak Desa Napan dan kepolisian setempat untuk mencari solusi. Mereka berharap agar upah yang seharusnya diterima dapat segera dibayarkan oleh pihak perusahaan.
"Semoga ini bisa membantu kami. Bisa dikatakan kami ini diterlantarkan dan ditipu oleh pihak perusahaan," jelas Asep, menggambarkan kondisi sulit yang dihadapi oleh para pekerja tersebut.
Sementara itu, salah satu pekerja bernama Sopian (60) secara terpisah saat ditemui mengatakan, dirinya menuntut agar pihak perusahaan bertanggung jawab untuk memulangkan bersama 11 orang rekan lainnya ke tempat asal mereka di Jawa Barat.
"Saya bukan mengemis, Saya minta hak Saya. Mandor itu kabur, berarti tanggung jawab perusahaan dong dan Saya mau pulang ke Jawa Barat sampai tujuan serta sampai rumah, itu saja," tegas dia.
Media ini telah berupaya mengkonfirmasi pertelepon dan pesan Whatsapp ke pihak perusahaan namun sampai dengan saat ini belum ada respon terhadap nasib 12 pekerja asal Jawa Barat itu.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait