KUPANG, iNewsTTU.id - Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-42 tahun 2023 di akan dihadiri oleh sejumlah kepala negara serta para delegasi sebanyak 300 orang termasuk 1.000 orang pejabat pendukung (panitia) dan media di Labuan Bajo.
Perkuatan personel pengamanan dari Polri sebanyak 2.627 personel yang masuk dalam delapan satgas pengamanan VVIP maupun VIP, jumlah tersebut terdiri dari Mabes Polri 947 personel, Polda NTT 1.660 personel dan Polda NTB 20 personel.
Hal itu disampaikan oleh Kapolda NTT Irjen Pol. Johni Asadoma dan didampingi Wakapolda NTT, Brigjen Pol. Heri Sulistianto pada Sabtu, (29/04/2023) saat gelar apel pasukan.
"Gelar pasukan ini adalah bentuk kesiapan Polri dalam mendukung pengamanan pelaksanaan KTT ASEAN di Labuan Bajo," ujarnya.
Ia mengatakan, pengecekan itu berupa peralatan dimiliki sehingga masing-masing pergeseran memiliki kesiapan terkait dengan pelaksanaan tugas personil, mulai dari kondisi normal sampai dengan kondisi kontijensi, mulai dari pengamanan rolakir sampai apabila ada permasalahan baik unjuk rasa.
Selain itu, ada persiapan ancaman bom dan bagaimana melakukan evakuasi serta kesiapan sarana dan prasarana lainnya apabila diperlukan.
Polri melaksanakan operasi kepolisian terpusat dengan sandi operasi 'Komodo - 2023, selama 8 hari, dari tanggal 6-13 Mei 2023 di wilayah Polda NTT terutama di tempat kegiatan KTT ASEAN dengan mengedepankan kegiatan pre-emtif dan preventif.
"Didukung kegiatan intelijen, penegakan hukum, siber, dan kehumasan dalam rangka pemeliharaan kamtibmas untuk menjamin keamanan dalam pelaksanaan KTT ASEAN ke 42," ujarnya lebih lanjut.
Polri, katanya, akan melaksanakan pengamanan mulai dari awal saat tiba di bandara, rute yang di lalui sampai dengan lokasi tempat kegiatan dilengkapi teknologi cctv hingga face recognition.
Sehingga memonitor data orang-orang yang dalam tanda kutip mendapatkan pengawasan, baik dari luar negeri maupun dalam negeri dan antisipasi otensi kerawanan yang bisa terjadi seperti demo, kemacetan lalu lintas, bencana alam sampai melakukan serangan-serangan yang bersifat terorisme.
"Personel pengamanan harus memahami jangan sampai ada peristiwa di ring 3 yang dapat mengganggu di ring 2 dan ring 1. Ini menjadi satu kesatuan pengamanan yang harus kita laksanakan bersama-sama," ungkapnya.
Editor : Sefnat Besie
Artikel Terkait